Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menerima Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Keduanya akan membahas kerja sama penanganan terorisme.
Pantauan Liputan6.com Rabu (10/2/2016), Nikolai Patrushev tiba di Istana pada pukul 09.15 WIB dengan didampingi oleh Duta Besar Rusia untuk RI Mikhail Gazulin, dan 3 Deputi dari Dewan Keamanan serta Kementerian Dalam Negeri Rusia. Mereka pun ke‎mudian diterima Jokowi di ruang kredensial Istana Merdeka.
Sementara dari pemerintah RI, Jokowi tampak didampingi oleh Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menkumham Yasona Laoly. ‎
‎
Diawal pembicaranya Jokowi dan Nikolay membahas sejumlah kerjasama di beberapa bidang keamanan dan pertahanan. Salah satu yang sempat disinggung yaitu mengenai kerjasama dalam bidang pemberantasan terorisme.
Sebelum bertemu dengan Jokowi, Nikolay dan delegasinya menemui Menko Luhut Pandjaitan pada selasa, 9 Februari kemarin. ‎
Baca Juga
"Ini pertemuan bilateral antara pemerintah Indonesia dan Rusia di bidang keamanan, hukum, dan politik. Nikolai adalah orang ke-3 di Rusia, dia bertanggung jawab pada 3 bidang itu," kata‎ Luhut usai pertemuan di Kemenko Polhukam. ‎
Luhut mengatakan, pihaknya bersama Dewan Keamanan Rusia menindaklanjuti sejumlah masalah dalam kerja sama yang dijalin kedua negara. Di antaranya sektor militer‎, terorisme, intelijen, cyber, narkoba, dan hukum.
"Tadi disampaikan oleh masing-masing kementerian. ‎Ini adalah pertemuan ke 3 sejak pertemuan ini dibangun dan yang ke 2 dalam periode pemerintahan Presiden Jokowi," kata Luhut.
‎
Khusus soal penanganan terorisme, Luhut mengatakan, Indonesia dan Rusia ‎akan kerja sama khusus. Karena Indonesia dan Rusia punya tantangan yang sama terhadap terorisme.
"Mereka punya operasi yang bisa dikerjasamakan dengan Indonesia. Kami punya tantangan yang sama. Kami juga bertukaran informasi intelijen. Mereka kan intelijennya bagus. Mereka terlibat di Timur Tengah. Mereka lebih banyak funding kita sih‎," ujar Luhut.
Selain kerja sama di sejumlah sektor itu, Rusia kata Luhut, juga menawarkan pelatihan militer. Termasuk menawarkan alat utama sistem persenjataan (alutista) milik mereka kepada Indonesia.
"Mereka menawarkan juga peralatan-peralatan militer mereka untuk bisa dimanfaatkan Indonesia. Sukhoi dan kapal selam, helikopter MT17 juga. Tapi tetap akan ada ToT (Transfer of Technology)," pungkas Luhut.‎‎
‎