Liputan6.com, Jakarta - Berbagai reaksi muncul setelah Jari, warga Dusun Gempol di Jombang, Jawa Timur mengaku sebagai Nabi Isa yang turun di akhir zaman. Pada 2005 lalu Jari mengatakan jika dirinya mendapat wahyu setelah salat malam.
Majelis Ulama Indonesia pun menanggapinya dengan mengatakan orang yang mengaku nabi tersebut tidak waras dan melakukan itu hanya sekadar mencari sensasi.
"Barangkali ingin supaya dikenal. Ini kan bukan akhir zaman, kalau dihitung secara geologi saya kira masih miliaran tahun lagi, dia (Jari) udah menjadi debu itu," ungkap Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Najamudin Ramli di Jakarta, Kamis (18/2/2016).
Advertisement
Dia menegaskan, ajaran-ajaran yang disebutkan oleh nabi palsu Jari tidak benar karena memang tidak ada teorinya.
"Nggak mungkin, itu sinting, nggak ada teorinya itu. Pakai teori relativitas saja oleh Albert Einstein nggak masuk itu (ajaran nabi palsu), bagaimana pemikirannya kan orang nggak waras," ujar Najamudin.
Â
Baca Juga
Dia juga menyamakan nabi palsu Jari tersebut dengan Musadeq yang setelah dipanggil polisi malah menangis.
"Sama kaya Musadeq yang ngaku nabi juga, tapi begitu dipanggil polisi nangis dia, nabi dipanggil polisi nangis, gimana itu kan sinting. Ingin dikenal orang, mungkin cita-citanya begitu doang dan biasanya mereka berasal dari orang-orang tertentu," kata Najamudin.
Dia pun mengimbau agar tak memperpanjang dan meributkan masalah nabi palsu Jari ini. "Biarin aja, dipendam aja begitu, nanti juga kan lama-lama hilang sendiri," tutup Najamudin.
Sebelumnya, MUI Jombang pun menyatakan klaim tersebut bohong dan ajaran yang disebarkan Jari adalah sesat.