Mereka yang 'Marah' Kala Ahok Maju Pilgub DKI Lewat Independen

Ahok mengaku banyak orang partai yang marah atas sikapnya yang mengambil jalur independen dalam Pilgub DKI 2017. Siapa saja?

oleh Muhammad AliTaufiqurrohman diperbarui 13 Mar 2016, 22:48 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2016, 22:48 WIB
20160114-gubernur-jakarta-ahok batik
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama atau Ahok memutuskan untuk maju di Pilgub DKI melalui jalur independen. Dalam ajang demokrasi itu, Ahok menggandeng Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono untuk menjadi calon wakilnya memimpin Ibu Kota di periode mendatang.

Ahok menyatakan keputusan itu diambil lantaran tidak ingin mengecewakan pendukungnya yang sudah mengumpulkan dukungan melalui TemanAhok. Atas langkahnya itu, Ahok menyebut banyak politikus dari berbagai partai geram lantaran maju secara independen di Pilgub DKI 2017 nanti. 

"Banyak orang partai juga marah. Ya Ibu (Megawati) sih enggak marah sama saya tapi yang lain marah," kata Ahok di RPTRA Saharjo Menteng Atas, Jakarta, Selasa 8 Maret 2016.

Kendati tak menyebut siapa yang marah, sejumlah orang mengomentari ketidaksetujuannya terkait langkah Ahok tersebut. Beragam komentar disampaikan. Mulai dengan nada sindiran hingga menyebutnya sebagai sikap deparpolisasi.

Siapa saja mereka dan apa alasannya? Berikut ini ulasannya:

Prasetyo PDIP

PDIP menilai pencalonan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok lewat jalur independen sebagai ancaman hebat untuk dunia politik di Indonesia.

"Ya ancamanlah (bagi parpol)," kata Sekretaris DPD PDIP DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi di Balai Kota Jakarta, Selasa (8/3/2016).

Prasetyo bahkan menyebut langkah Ahok itu sebagai upaya pelemahan yang sengaja dilakukan untuk tidak percaya terhadap partai politik alias deparpolisasi.‎

Hal tersebut juga ia katakan kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat pertemuan di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta.

"Jadi kita membahas banyak, salah satunya deparpolisasi, itu yang harus kita sikapi. Kalau independen menang, apa ada nanti fraksi independen?" kata Prasetyo di Balai Kota Jakarta, Selasa (8/3/2016).

Di antara persoalan lain, ia berujar, deparpolisasi merupakan hal yang paling tajam dibahas dalam pertemuan antara dirinya, Djarot Saiful Hidayat, Eriko Sotarduga, dan Megawati Soekarnoputri. Pembahasan lainnya tak lebih soal dinamika politik yang bergulir di Jakarta.

Biem Benyamin Gerindra

Politikus Partai Gerindra Biem Benyamin, menilai Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bakal mengalami kesulitan di Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.

Sebab menurut dia, calon independen atau perseorangan tidak punya kekuatan besar seperti calon yang diusung partai politik.

"Meski sekarang ada TemanAhok (relawan), tapi saya merasa enggak ada jalur independen. Kita lihat nanti. Menurut saya tidak akan ada independen karena memang itu cukup berat," kata Biem dalam diskusi bertajuk 'Kontestasi Pilkada DKI' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 12 Maret 2016.

Pada kesempatan itu, Biem yang juga bakal calon Gubernur DKI ini pun mengkritik sikap keras Ahok yang ingin maju melalui jalur independen.

"Kalau mau susah, silakan independen," tegas dia.

Emil Sindir Ahok?

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menilai partai politik atau parpol memiliki 2 peran penting dalam kehidupan demokrasi di Tanah Air. Kedua fungsi itu adalah pendidikan demokrasi dan meraih kekuasaan.

Namun begitu, dia menyayangkan saat ini parpol belum mampu menerapkan fungsi pertamanya, yaitu pendidikan demokrasi bagi rakyat. Bahkan, para elite dinilai lebih condong memanfaatkan partai sebagai ajang sarana perebutan kekuasaan.

"Fungsi yang pertama jarang dilakukan. Fungsi yg kedua dominan dan bising," cuit Ridwan Kamil dalam akunnya, @ridwankamil, yang dikutip Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (12/3/2016).

Kang Emil, begitu ia biasa disapa ini menambahkan, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan dengan kondisi partai politik. Suasana kondusif parpol akan memberikan keuntungan bagi suatu negara.

"Negara maju dengan kehadiran partai politik yang stabil dan tidak terlalu banyak. jika belum baik, sempurnakan bukan ditinggalkan," cuit Kang Emil.

Kicauan Kang Emil tersebut di-retweet oleh 382 netizen hingga pukul 00.13 WIB. Selain itu, juga muncul puluhan komentar. Di antaranya dari akun Mega P @85Ciale yang menganggap cuitan tersebut mengandung nada sindiran.

"@ridwankamil kayaknya nyindir nih," tulis @85Ciale.

"@ridwankamil nyindir pak ahok ya?? Hhe," tulis Jhefry Ardiant ‏@JhefryR.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya