Liputan6.com, Jakarta - Tujuh bulan sudah eks warga Kampung Pulo yang sebelumnya tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, menghuni Rusun Sewa (Rusunawa) Jatinegara. Tidak sedikit yang masih merindukan kampung mereka dulu, meski saban tahun harus berhadapan dengan banjir.
"Enakan di Kampung Pulo sih. Di sini kita bayar sewa, air, listrik juga," tutur Wahyu (65), bekas warga RT 16 RW 2, Kampung Pulo, saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (7/4/2016).
Ibu yang tinggal di lantai 9 itu mengaku sudah puluhan tahun tinggal di Kampung Pulo. Dirinya merasakan perubahan drastis dari segi finansial, karena harus mengumpulkan uang bersama mantu dan anaknya, untuk membayar sewa dan lainnya.
"Buat bayar sewa saya buka warung aja mas, kaya mie rebus, jajanan, terus es. Lumayan juga buat pemasukan," tutur Wahyu.
Baca Juga
Ia mengaku, setiap bulannya harus membayar Rp 300 ribu untuk biaya sewa rusun dan sekitar Rp 130 ribu untuk air. Tak ketinggalan biaya listrik sekitar Rp 20 ribu.
"Listik kita murah, karena pemakaian kita irit-irit," kata Wahyu.
Sementara itu, Yayah (63) warga lantai 3 Rusun Jatinegara, belum mendapatkan ganti rugi dari pemerintah terkait tempat tinggalnya yang dibongkar paksa.
"Saya dah 42 tahun di Kampung Pulo. Padahal rumah saya juga udah punya akte jual beli. Tapi pemerintah maen gusur aja. Kita enggak diganti sepeser pun," keluh Yayah.
Saat ini, unit Rusunawa yang ditempati bersifat sewa. Dia berharap pemerintah memberikan kemudahan kepemilikan unit yang sekarang dia tinggali.
"Saya pengen banget ini jadi hak milik. Saya di Kampung Pulo tinggal bertiga sama anak saya. Tapi karena dapet rusun 1 doang, anak saya yang 2 jadi ngontrak di luar," lanjut ibu berjilbab oranye itu.
Hidup di Rusun Jatinegara untuk saat ini membuat dirinya nyaman. Tidak perlu lagi setiap tahun harus bejibaku menghadapi banjir.