Derita Yarni, Warga Aquarium yang Tempat Tinggalnya Akan Digusur

Yarni akan bertahan dan rela mati tertimbun bersama rumah yang ia bangun dengan jerih payah selama puluhan tahun.

oleh Muslim AR diperbarui 10 Apr 2016, 20:07 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2016, 20:07 WIB
20160410-Warga Pasar Ikan Luar Batang Bersiap Terima Gusuran Esok
Suasana bangunan yang berantakan dan rusak di kawasan Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (10/4). Warga nantinya direlokasi ke beberapa rusun di Ibu Kota, misalnya ke Rusun Rawa Bebek dan Rusun Marunda. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Yarni, warga Aquarium RT 001, RW 04, Penjaringan, Jakarta Utara, tak tahu harus menjawab apa pada anaknya, ia hanya menangis.

"Kalau dibongkar, Cindy mau berangkat sekolah dari mana?" tanya sang anak kepada Yarni (47), Minggu (10/4/2016) sore.

Dia tak tahu harus pindah ke mana setelah pemerintah ingin menggusur ribuan orang dan meruntuhkan ratusan bangunan di Pasar Ikan, Penjaringan, termasuk kawasan Aquarium yang bersebelahan dengan Pasar Ikan. Yarni bingung dengan masa depan anaknya yang masih sekolah di sekolah dasar (SD) itu.

Ibu dua anak ini juga sempat menggigil ketakutan, saat dua polisi dengan senjata laras panjang lewat di depan rumahnya.


"Saya udah gini aja," ujar Yarni sambil menggenggam tangannya memeragakan betapa terkejut dirinya dengan kedatangan polisi beberapa minggu lalu.

"Emang Ahok kira kampung kami kampung teroris?" sergah dia.

Yarni sudah menempati rumahnya sejak 40 tahun lalu, sudah dua kali rumahnya kebakaran. Ia menjual segala harta benda di kampung halaman, untuk kembali membangun rumahnya di Aquarium.

"Saya nggak punya apa-apa lagi, rumah dan tanah di kampung sudah dijual untuk bangun rumah ini, karena sudah dua kali terbakar," kata Yarni.

Ia bertekad, jika pemerintah tetap menggusur dan meruntuhkan bangunan miliknya. Ia akan bertahan dan rela mati tertimbun bersama rumah yang ia bangun dengan jerih payah selama puluhan tahun.

Suami Yarni sendiri bekerja sebagai kuli panggul di Pelabuhan Sunda Kelapa, dengan upah sekitar Rp 50 ribu per hari. Jika pindah ke Rusunawa (Rumah Susun Sewa) tentunya jarak tempuh suami Yarni semakin jauh dan habis untuk biaya transportasi.

"Sehari-harinya cuma dapat sore habis pagi, nggak bisa dibilang cukup," keluh Yarni.

Yarni tak sendiri, ia bersama 300 lebih kepala keluarga di RT 001 dan RT 011 akan bertahan melawan penggusuran. Pantang beranjak, walau ekskavator bertindak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya