Bahas Radikalisme, NU Undang Ulama dari 25 Negara ke Jakarta

ISOMIL akan mempertemukan ulama dari berbagai negara Islam dunia

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 27 Apr 2016, 12:51 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2016, 12:51 WIB
20160225-Wapres Jusuf Kalla Buka Launching NU Care-Jakarta
Ketua PBNU Said Aqil Siroj memberikan sambutan pada peluncuran NU Care Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (Lazisnu) di Jakarta, Kamis (25/2). NU Care memberikan kemudahaan pada masyarakat untuk berzakat dengan tertib. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj bersama rombongan menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Pertemuan itu terkait penyelenggaraan pertemuan ulama dunia, International Summit of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) yang digelar pada Mei 2016 di Jakarta.

"Kami lapor pada Pak Wapres dan mohon Pak Wapres untuk menutup acara itu," kata Said di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (27/4/2016).

Said menjelaskan, forum ulama dunia itu merupakan tindak lanjut dari penyelenggaraan KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jakarta dan Turki yang belum lama ini dilaksanakan. Bedanya, ISOMIL akan mempertemukan ulama dari berbagai negara Islam dunia. Sedikitnya, ulama dari 35 negara Islam menyatakan akan hadir pada acara ini.

 



"Kami ingin menyamakan persepsi sikap bahwa Islam itu anti-radikalisme, anti-kekerasan, bahkan anti-terorisme. Islam itu membawa hidayah, petunjuk, sama sekali tidak benar kalau Islam itu diperalat sebagai legitimasi untuk kekerasan apalagi teror," jelas Said.

Hal ini sangat penting mengingat semakin maraknya gerakan radikalisme yang mengatasnamakan Islam. Padahal, kata Said, tidak ada satu pun ajaran Islam yang mengutamakan kekerasan. Itu pula yang diajarkan para ulama NU selama ini.

"Ada teroris tidak ada teroris kita, kiai-kiai NU selalu mengajarkan Islam yang ramah, Islam yang berakhlak, berbudaya, toleransi, moderat, itu dari dulu kiai-kiai. Ini kan karena situasi lebih membutuhkan ada sikap tegas, sebenarnya kiai-kiai dari dulu anti-radikalisme, anti-terorisme," ucap Said.

Yang saat ini sedang menjadi sorotan adalah kelompok radikal Abu Sayyaf dan Islamic State of Iraq and Syiriah (ISIS). Said menegaskan, kedua kelompok itu hanya memperalat Islam  melakukan serangkaian aksi radikalisme.

"Itu kan contoh kecil. Abu Sayyaf mengatasnamakan Islam melakukan penyanderaan, atau ISIS melakukan pembantaian atas nama Islam," pungkas Said.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya