Sigi: Bayang-bayang Predator Anak Bagian ke-2

Sedikitnya delapan kampung di kabupaten ini punya reputasi buruk seputar penjualan anak di bawah umur.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Jun 2016, 04:14 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2016, 04:14 WIB
Sigi: Bayang-bayang Predator Anak Bagian ke-2
Sedikitnya 8 kampung di kabupaten ini punya reputasi buruk seputar penjualan anak dibawah umur.

Liputan6.com, Jakarta - Di satu kota kecil di Jawa Barat, di sinilah tim Sigi mengungkap penjualan anak di bawah umur. Semuanya berawal dari pertemuan dengan seorang muncikari.

Pengakuan meluncur dari mulut si muncikari tentang bisnis ilegal yang ia jalankan selama ini.

Terdapat seorang perempuan yang menjadi salah satu bukti hidup keremajaan dan kesuciannya terampas, setelah dilego si muncikari beberapa waktu lalu.

Keperawanannya terenggut saat baru lulus sekolah menengah pertama. Kisahnya ini tak berhenti sampai di sini.

Sang muncikari menuntun kami menuju suatu tempat. Kampung yang dikenal punya reputasi miring seputar transaksi anak perawan. Anak-anak yang masih di bawah umur ikut jadi komoditas.

Si muncikari lalu merujuk satu rumah yang biasa jadi lokasi transaksi. Dengan sigap, si mami penanggung jawab langsung mencarikan yang kira-kira sesuai.

Remaja tanggung ini, sebut saja Rere, masih belia, tapi sudah harus menanggung beban jadi pemuas nafsu. Ia mengaku dipaksa menikah oleh orangtua saat masih di bangku sekolah dasar.

Pertemuan dengan Rere berlanjut. Berbincang langsung dengan orangtuanya.

Tak ada rasa canggung dari keluarga dan lingkungan mengetahui ada laki-laki yang baru dikenal, berniat membawa si ABG keluar untuk urusan yang satu itu.

Terjun di bisnis perdagangan gadis di bawah umur memang bisa membuat gelap mata.

Berbekal ponsel, jutaan rupiah per hari bisa mampir ke kantong para muncikari ini, jualan gadis di bawah umur.

Dari penelusuran tim Sigi, sedikitnya delapan kampung di kabupaten ini punya reputasi buruk seputar penjualan anak di bawah umur.

Data yang kami peroleh, rata rata sekitar 35 hingga 40 anak belia dijual di setiap kampungnya.

Kesadaran kadang timbul untuk berhenti dari bisnis ini. Namun godaan uang lebih kuat.

Satu info berharga masuk. Ada gadis putih abu-abu yang masih duduk di kelas satu siap dilelang.

Masih lewat jaringan yang sama, kami dipertemukan dengan anak di bawah umur.

Lumayan fantastis harga yang dilepas. Keperawanan si gadis SMA digaransi. Urusan cek ricek keperawanan disiapkan. Kurang dari satu jam hasil keperawanan diperoleh.

Munculnya kasus-kasus penjualan anak dan perempuan tak lepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Anak-anak dan perempuan merupakan pihak yang paling rentan menjadi korban penjualan dan eksploitasi.

Simak kisah selengkapnya dalam tayangan Sigi SCTV edisi Sabtu (4/5/2016) di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya