Pengamat: Pemanfaatan Gas Masela, Rizal Ramli Ubah Paradigma

Dengan Blok Masela, warga Ambon dan Maluku dilanda euforia, optimisme, dan harapan baru berupa perbaikan nasib kehidupan lebih baik.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Jun 2016, 23:48 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2016, 23:48 WIB
Rizal Ramli
Dengan Blok Masela, warga Ambon dan Maluku dilanda euforia, optimisme, dan harapan baru.

Liputan6.com, Jakarta - Pemanfaatan gas di Blok Masela mendapat perhatian pengamat Arief Gunawan Rachmat. Menurut dia, saat Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan gas Masela dikelola di darat, ternyata magnitude-nya memang besar sekali.

Ia menuturkan, warga Ambon dan Kepulauan Maluku sekarang dilanda euforia, optimisme, dan harapan baru berupa perbaikan nasib kehidupan yang lebih baik. Yakni, gas Masela akan memberikan manfaat multiplier effect untuk kesejahteraan masyarakat di sana.

"Tujuh belas tahun lalu saya pernah terbang ke Ambon. Dari jendela Hercules untuk pertama kali saya lihat Kepulauan Maluku. Kesan pertama saya: itulah salah satu untaian zamrud khatulistiwa, yang penuh dengan kilauan air mata…," tulis Arief Gunawan Rachmat dalam akun Twitter, @ariefgunawan_, yang dikutip pada Minggu (5/6/2016).

Menurut Arief, saat itu ia datang sebagai wartawan yang ikut rombongan tentara untuk meliput peristiwa kerusuhan yang terjadi di Ambon.

"Akhir April lalu saya datang lagi ke wilayah yang oleh Ibnu Batutah disebut sebagai Aljazirah Almuluk, Tanah Raja-Raja, itu. (Dari kata Almuluk kemudian terbentuk kata Maluku)," Arief menambahkan.

Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Ia menjelaskan, kali ini ia datang sebagai man on the street untuk mendengar degup jantung kehidupan rakyat di sana.

Arief memaparkan ada dua hal yang menarik perhatian. Pertama, media massa lokal sedang ramai menyiarkan rencana kunjungan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang akan memberikan ceramah di Universitas Pattimura, Ambon.

Adapun tema ceramah yang merupakan kuliah umum tersebut diberi topik mengenai paradigma baru pemanfaatan ladang gas abadi Blok Masela, untuk pengembangan wilayah Maluku, khususnya dan Indonesia Timur umumnya.

"Yang kedua, poster dengan foto Menko Maritim dan Sumber Daya Dr Rizal Ramli dalam ukuran besar bertebaran di mana-mana, sejak jalan raya dari bandara, tengah kota, sampai sudut-sudut kota Ambon," ujar Arief.

Dalam pandangan Arief, Menko Maritim Rizal Ramli memang pantas mendapat sambutan seperti itu.

"Sebuah sambutan yang walau pun terbilang sangat sederhana, tetapi terasa hangat dan punya makna yang sangat besar, karena selama ini Rizal Ramli adalah orang yang berdiri paling depan dalam persoalan gas Masela," tutur Arief.

Ia memandang pula, Rizal Ramli tokoh yang paling lantang, jelas, dan berani menyuarakan keberpihakan kepada masyarakat Maluku (kawasan timur Indonesia) agar gas Masela didedikasikan untuk kesejahteraan Maluku dengan pengelolaan di darat. Di mana hal ini sangat sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi.

Yang ketiga, lanjut Arief, masyarakat Ambon mulai dari lapisan bawah sampai kalangan atas ingin melihat Rizal Ramli hadir di kota mereka. Diharapkan pula, Rizal Ramli bisa berkeliling Maluku dan mampir ke kawasan di sekitar Blok Masela.

Sambutan Warga Ambon

"Waktu saya datangi kawasan Jalan Pasar Merdeka, Kota Ambon, buat cari makan siang yang dilanjutkan dengan memotret poster-poster Rizal Ramli yang ada di kawasan itu, tiba-tiba saya 'ditegur’' tukang becak yang lagi mangkal," ujar Arief.

Arief menjelaskan, tukang becak itu bertanya kenapa saya memotret poster Rizal Ramli. "Saya jelaskan bahwa Menko Rizal Ramli besok akan datang ke Ambon, mengunjungi Pantai Liang untuk sebuah acara."

"Tukang becak ini dalam dialek setempat kemudian berbicara dengan teman-temannya sesama tukang becak, dan selanjutnya mengatakan kepada saya bahwa dia dan teman-temannya ingin sekali datang ke Pantai Liang untuk melihat Rizal Ramli, mereka ingin mendengarkan lebih banyak lagi tentang Masela dari Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur itu," Arief menambahkan.

Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara di Universitas Pattimura, Arief mengungkapkan dirinya berkenalan dengan seorang guru besar filsafat, Profesor Dr Aholiab Watloly. Orangnya sederhana dan ramah.

"Waktu kami sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan kuliah umum Menko Maritim Rizal Ramli, Profesor Watloly berdiri di sebelah saya, suaranya merdu dan vokalnya mantap sekali, waktu selesai bernyanyi dia berkata bahwa Maluku sangat perlu tokoh seperti Rizal Ramli. Sebab, dia khawatir tokoh yang benar-benar menjadi penyambung lidah rakyat Maluku sekarang tidak ada," sebut Arief.

"Saat mengatakan ini saya lihat mata Pak Profesor seperti menangis. Ketika memberikan sambutan pada acara pramuka madrasah di Pantai Liang, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, para pejabat/elite lokal setempat ikut hadir, termasuk Gubernur Maluku Said Assegaf. Saya duduk di belakang," tulis Arief.

Membuka Paradigma

Ia melanjutkan, saat Rizal Ramli berbicara dengan gayanya yang rileks dan dengan ciri khas story telling-nya mereka mengangguk-angguk seperti mendapatkan sebuah pencerahan yang benar-benar membuka mindset dan paradigma.

"Antara lain Rizal Ramli mengajak agar kita mampu menjadi bangsa pemenang dan mampu mengejar berbagai ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain di dunia," tutur Arief.

Menyoal gaya pidato dengan ciri khas story telling yang kerap dibawakan Rizal Ramli, Arief melihat ada kemiripan dengan Bung Karno.

"Ini bukan berlebihan. Sukarno kalau berpidato memikat dan mengikat massa dengan gaya bercerita, berkisah, berkisah soal sejarah, soal budaya, semangat zaman, tokoh wayang, soal Mahabharata, Ramayana, dan seterusnya, bahkan soal-soal kecil yang punya makna besar, yang semuanya itu tujuannya untuk memberikan motivasi, membangun kesadaran, memberikan semangat," ia memaparkan.

Sebenarnya, lanjut Arief, Rizal Ramli bukan cuma mengajak mengubah paradigma dalam hal pengelolaan sumber daya alam. "Seperti yang sering dikatakannya bahwa selama ini kita hanya 'sedot-ekspor' belaka."

Lebih dari itu, Arief melanjutkan, Rizal Ramli mengajak masyarakat mengubah paradigma lama yang mengingkari kenyataan 'Matahari Terbit dari Timur'.

"Selama ini dikesankan 'Matahari Terbit dari Barat', yaitu dengan memprioritaskan pembangunan di wilayah Barat Indonesia saja," Arief memungkasi pandangan terhadap peranan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya