Jokowi Panggil Pemilik Kapal yang Dibajak Abu Sayyaf

Saat ini enam anak buah kapal (ABK) yang dilepas pembajak dalam perjalanan ke Tanah Air. Sementara 7 sisanya masih disandera.

oleh Abelda RN diperbarui 24 Jun 2016, 13:21 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2016, 13:21 WIB
Ilustrasi Pembajakan Kapal
Ilustrasi Pembajakan Kapal (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Balikpapan - Presiden Jokowi ikut memantau perkembangan kabar soal pembajakan kapal tug boat Charles 001 dan tongkang Roby 152 di perairan Jolo Tawi Tawi, Filipina Selatan. Saat ini enam anak buah kapal (ABK) yang dilepas pembajak dalam perjalanan ke Tanah Air, sementara 7 sisanya masih disandera.

Pemilik kapal, yakni PT Rusianto Bersaudara dipanggil ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan di Mabes Polri dan Kementerian Luar Negeri.

"Hari ini kami ke Jakarta di Mabes Polri dan Kemenlu. Berita pembajakan sudah menjadi isu nasional serta dipantau langsung Presiden Jokowi," kata Humas PT Rusianto Bersaudara Taufikrahman di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (24/6/2016).

Taufik mengatakan, jajarannya terus menjalin komunikasi dengan para ABK TB Charles. "Kami sudah menghubungi para ABK KM Charles. Ada dugaan pembajakan, namun untuk memastikannya menunggu kedatangan mereka," tutur dia.

PT Rusianto Bersaudara sudah melaporkan adanya dugaan pembajakan kapalnya di Polresta Samarinda.

"Kami sudah membuat laporan awal, saat kapal sudah tiba di Samarinda, kami akan membuat laporan lagi," ujar Taufik.

Penculikan dialami oleh awak kapal tug boat Charles 001 dan tongkang Roby 152. Ada 13 WNI ABK dalam kapal itu, tapi yang diculik 7 orang sementara 6 bebas sambil membawa kapal mereka ke Samarinda.

Namun, yang mengejutkan, penyanderaan WNI ABK itu dilakukan oleh 2 kelompok bersenjata yang berbeda. Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

"Penyanderaan terjadi di Laut Sulu, Filipina terjadi dalam 2 tahap pada tanggal 20 Juli 2016, yaitu sekitar pukul 11.30 waktu setempat," ujar Menlu Retno.

"Lalu penculikan kedua terjadi pada pukul 12.45. Penculikan dilakukan oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda," lanjut Menlu Retno. Namun, mantan dubes Belanda itu enggan menyebut nama  kelompok bersenjata yang menculik dan menyandera 7 ABK WNI itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya