Liputan6.com, Bantul - Selama arus mudik dan arus balik lebaran mendatang, ada orang yang terlupakan. Salah satunya adalah penjaga perlintasan kereta api. Di Bantul, Yogyakarta, ada seorang kakek yang mengabdikan diri menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Peran kakek ini sangat penting bagi keselamatan pengguna jalan, apalagi selama arus mudik dan balik, frekuensi perjalanan kereta jelas lebih banyak.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (7/7/2016), setiap kali terdengar bunyi gemeretak rel, tanda ada kereta api akan melintas, seorang lelaki tua langsung muncul dari sebuah tenda sederhana. Berbekal peluit dan bendera, ia berdiri sigap di sekitar perlintasan tanpa palang pintu di desa Tapen.
Advertisement
Semua ini ia lakukan demi memastikan tidak ada warga yang menyebarang, saat kereta api datang. Dengan begitu, insiden bisa dicegah dan kereta api pun lancar meluncur.
Lelaki tua itu adalah Sukiman. Kakek 64 tahun, anggota linmas desa Argomulyo, secara sukarela ia menjaga perlintasan tanpa palang pintu ini sejak H-7 hingga H+7 lebaran.
Walau terkesan sepele, pengabdian Sukiman jelas bukan pekerjaan sederhana. Ia selalu memasang mata dan telinganya untuk mengetahui kedatangan kereta.
Hingga kini, ada begitu banyak perlintasan tanpa palang pintu dan sudah tak terbilang kecelakaan terjadi di perlintasan semacam ini. Resiko kecelakaan semakin tinggi, seiring bertambahnya frekuensi perjalanan kereta api menjelang dan pasca-Lebaran.
Berdasar data PT KAI Daop 6 Yogyakarta, jumlah kereta api yang melintas sebanyak 84 rangkaian perhari.
Atas dasar tingginya resiko yang mengancam warga itulah, Sukiman mengabdikan dirinya. Meski awalnya murni dilandasi semangat sukarela, PT Kereta Api menghargai pengabdian Sukiman dan memberi uang lelah sebesar Rp 60 ribu perhari.