Liputan6.com, Solo - Warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Semanggi kaget ketika mengetahui salah satu penghuninya merupakan ayah dari terpidana mati, Merry Utami. Ayah delapan anak yang bernama Siswandi itu telah tinggal di rusunawa seorang diri sejak lima tahun yang lalu.
Rusunawa yang beralamat di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, itu memiliki dua blok bangunan yang masing-masing memiliki empat lantai. Ayah Merry Utami menempati lantai paling dasar di Blok B yang ada di sebelah timur. Masing-masing kamar yang menempati paling bawah memiliki luas 4 x 6 meter dan khusus diperuntukkan bagi jompo dan difabel.
Petugas cleaning service Rusunawa Semanggi, Sukirno mengatakan jika sejak Kamis pagi tadi pintu kamar yang dihuni Siswandi tampak tertutup rapat. Bahkan, sang empu kamar berpesan sedang tidak menerima tamu. Alhasil, para awak media pun gagal untuk bisa bertemu dengan ayah Merry Utami.
Advertisement
"Bapaknya pesan kalau tidak bisa ditemui karena sedang sakit dan tidur. Kalau ada yang datang bilang saja enggak bisa menemuinya," kata Sukirno menirukan ucapan Siswandi ketika ditemui di Rusunawa Semanggi, Solo, Kamis (28/7/2016).
Berdasarkan keterangan dari Sukirno atau yang akrab disapa Gendon bahwa ayah Merry Utami itu telah menghuni rusunawa sejak lima tahun lalu. Sebelumnya, Siswandi merupakan warga yang tinggal di Kampung Wirengan, Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo.
"Saat tinggal di Baluwarti, Pak Siswandi merupakan Ketua RW di sana. Selain itu, beliau juga petugas Linmas di Kelurahan Baluwarti," kata Gendon.
Tinggal Seorang Diri
Saat pertama kali tiba di rusunawa, lanjut dia, Siswandi hanya seorang diri, tidak ada putra-putrinya yang menemaninya saat pertama menghuni rusunawa. Sedangkan istrinya juga sudah meninggal dunia.
Awalnya, Siswandi menghuni di kamar yang ada di Blok A yang terletak di sebelah barat. "Dulu kamarnya itu nomor 16 di Blok A, tetapi setelah itu pindah ke Blok B di kamar paling bawah," ia menjelaskan.
Selanjutnya, Gendon mengungkapkan jika sejak tahun 2016 kondisi kesehatan Siswandi mulai menurun tepatnya setelah menderita sakit stroke. Akibat serangan tersebut, kondisi tubuhnya seperti lumpuh serta sulit untuk bergerak bebas.
"Sangat kasihan. Sudah sakit stroke, disini tinggal sendirian. Kalau untuk makan nanti ada orang dari kamar di lantai di atas yang biasa membantu untuk melayaninya," ia memaparkan.
Dengan menderita stroke, otomatis Siswandi untuk berjalan pun susah. Untuk urusan membersihkan kamar akan dilakukan dengan bantuan orang lain. "Kalau yang sering bersih-bersih kamar itu ada tetangganya. Anaknya tidak ada yang di sini dan jarang ke sini," ucap Gendon.
Bagi warga rusunawa, lanjut dia, Siswandi tergolong orang yang memiliki kepribadian tertutup. Bahkan, terkait eksekusi hukuman mati yang dihadapi putrinya Merry Utami yang bersangkutan juga tidak pernah cerita.
"Pak Siswandi itu orangnya baik tetapi memang sedikit tertutup. Pak Siswandi tidak pernah cerita soal hukuman mati putrinya. Malah orang-orang rusunawa baru tahu kalau Merry Utami putrinya Pak Siswandi hari ini," ujar Gendon memungkasi pembicaraan seputar kehidupan ayah terpidana mati Merry Utami.