Hillary Vs Trump: Siapa yang Akan Dipilih Warga Amerika?

Hillary Vs Trump makin memanas di Debat Pamungkas. Bagaimana persaingan mereka di Pilpres AS?

oleh Rina Nurjanah diperbarui 20 Okt 2016, 12:06 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 12:06 WIB
Infografis Hillary Clinton Vs Donald Trump (Liputan6.com/Tri Yasni)
Infografis Hillary Clinton Vs Donald Trump (Liputan6.com/Tri Yasni)

Liputan6.com, Jakarta Pilpres AS kali ini nampaknya sangat menarik perhatian dan mencatatkan kisahnya sendiri dalam sejarah Pemilu Negeri Paman Sam. Hal pertama adalah kedua calon yang bersaing, Hillary Clinton dan Donald Trump, menjadi kandidat yang paling banyak mendapatkan sentimen negatif sepanjang sejarah Pilpres AS. Donald Trump mendapat 58 persen dan Hillary Clinton sebesar 54 persen sentimen negatif.  

Sebagai kandidat paling tidak populer, persaingan keduanya begitu sengit. Saling tuding hingga saling hina mereka mereka lakukan untuk menjatuhkan satu sama lain. Hal itu pula yang menjadikannya sorotan mata dunia. Pertentangan keduanya terkait program kerja yang diusulkan pun tampak begitu nyata baik dalam hal ekonomi, kebijakan politik luar negeri, dan isu sosial. 

Dalam isu-isu ekonomi, Hillary dan Trump memiliki pandangan serupa soal perdagangan internasional namun tidak dalam soal pajak. Hillary menginginkan mereka yang lebih kaya bisa membayar pajak lebih tinggi, sementara Trump justru ingin memangkas pajak besar-besaran. Perbedaan pandangan mereka juga nampak jelas dalam hal imigrasi. Trump mengusulkan tembok perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko, untuk membatasi masuknya imigran gelap dan narkoba. Sementara Hillary percaya bahwa sebaiknya disusun regulasi yang lebih jelas agar para imigran memiliki hak untuk menjadi warga negara.

Terkait kebijakan luar negeri, persaingan memanas menyoal Rusia dan semua aksi militer Amerika Serikat. Hillary Di satu sisi memiliki hubungan yang kurang baik dengan Rusia dan Putin, Trump di sisi lain justru hendak membangun aliansi bersama Rusia. Trump juga menyatakan kritiknya terhadap semua aksi militer Amerika di Timur Tengah, namun Hillary menyatakan Trump sebenarnya mendukung aksi militer tersebut.

Perbedaan keduanya pun nampak dalam pandangan mereka terkait isu-isu sosial seperti LGBT hingga kepemilikan senjata. Hillary sebelum 2016 menolak pernikahan sesama jenis, namun kini Hillary mendukung hal tersebut dan menolak segala bentuk diskriminasi terhadap kelompok LGBT. Lain halnya dengan Trump yang jelas dan terang-terangan menolak LGBT.

Menyoal kepemilikan senjata Hillary menyatakan harus ada aturan khusus dan ketat dalam hal tersebut seperti pengecekan latar belakang individu terlebih dahulu. Sedangkan Trump menilai senjata sebagai alat pertahanan diri dan lebih menyorot hukuman untuk penyalahgunaan senjata. 

Pemilihan Presiden AS akan segera dilaksanakan November mendatang. Dari 218.959.000 perkiraan jumlah pemilih hanya 66,82 persen yang terdaftar dan 57,61 persen yang berniat memilih presiden. Siapa pilihan mereka? (rn)  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya