5 Hal Penting yang Disorot di Debat Final Hillary Vs Trump

Debat ketiga itu juga adalah hal terakhir 'head-to-head' antara kedua capres itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 19 Okt 2016, 21:07 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2016, 21:07 WIB
20161009-Debat Capres AS 2016 Putaran Kedua-Missouri
Dua capres AS, Donald Trump dan HIllary Clinton berhadapan dalam Debat Capres AS 2016 putaran kedua di Washington University, St Louis, Missouri, Minggu (9/10). (REUTERS/Jim Bourg)

Liputan6.com, Jakarta Debat terakhir antara Hillary Clinton dan Donald Trump menjadi ajang penting bagi seluruh warga AS. Selain sebagai puncak dari kampanye menuju Gedung Putih, sekaligus menutup 'pertempuran' pemilu yang dianggap paling buruk dalam sejarah Amerika Serikat.

Debat ketiga itu juga adalah hal terakhir 'head-to-head' antara kedua capres itu.

Setelah Hillary dan Trump meninggalkan panggung debat yang dilangsungkan di University of Nevada, Las Vegas pada 19 Oktober 2016 (atau 20 Oktober pagi WIB), secara resmi kedua kandidat itu menuju garis finis. Keduanya harus fokus kepada kampanye masing-masing untuk menaikkan dukungan mereka yang tinggal tersisa 20 hari menuju 8 November 2016.

Berikut adalah 5 hal penting yang wajib diperhatikan kala menonton debat pamungkas Hillary versus Trump seperti Liputan6.com kutip dari ABCNews dan Politico pada Rabu (19/10/2016).

1. Debat yang Menentukan

Debat ketiga adalah adalah waktu terakhir bagi Hillary dan Trump bertemu secara langsung di panggung. Isi argumentasi pun cukup menjadi perhatian dan penentuan para pemilih.

Dua debat sebelumnya mendapat perhatian para audiens, sebuah hal bersejarah dalam politik AS. Seluruh sinyal dalam debat memperlihatkan pertarungan habis-habisan Trump dan Hillary.

Meski masih punya 20 hari untuk kampanye, keduanya tampak memanfaatkan momen debat final ini untuk memikat pemilih, terutama para swing voters.

2. Head-to-Head Terakhir

Selama dua debat sebelumnya, kedua calon telah menjadi semakin kurang ramah satu sama lain.

Calon presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump dan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton saling berjabat tangan jelang dimulainya acara debat capres pertama di Hofstra University, New York, Senin (26/9). (REUTERS/Carlos Barria)

Trump telah menunjukkan ketidaksukaannya dari semenjak debat pertama ketika ia menyebut Hillary sebagai "Secretary Clinton," sementara mantan menlu itu memanggilnya "Donald."

Di debat kedua, ajang argumentasi itu dibuka tanpa jabat tangan dan baru pada penutup, keduanya 'berteater' saling bersalaman.

Meskipun tampaknya tidak mungkin bahwa mereka akan menerapkan etika sopan, mungkin jabat tangan di awal perdebatan ketiga bisa simbol perdamaian, menuju ke final 20 hari kampanye.

Trump Merengek


3. Tudingan Curang

Dalamm beberapa hari terakhir Trump berkali-kali menggelontorkan pemilu pemilihan presiden kali ini berlangsung curang. Tanpa bukti kuat, miliarder nyentrik itu menuding ada jual beli suara.

Beberapa media AS mencatat ia menyebut kata 'tak adil' lebih dari 20 kali yang membuat Trump 'mengancam' akan membawa isu itu ke debat.

Kesal dengan kelakuan bak remaja labil, Obama menghardik Trump, 'berhenti merengek' di depan forum kenegaraan menyambut Perdana Menteri Italia.

4. Isu Email

Tim kampanye Hillary sempat kerepotan dengan email yang ia simpan di server pribadi saat Hillary menjabat jadi menlu As. Namun, skandal surat elektronik atau surel bocor baru-baru ini menjadi bola liar.


Sejumlah orang menonton debat perdana capres AS dari Partai Republik dan Partai Demokrat, Donald Trump dan Hillary Clinton di Apollo Theater, New York, Senin (26/9). Debat ini disiarkan di beberapa stasiun televisi besar AS. (Eduardo Munoz Alvarez/AFP)

WikiLeaks membocorkan beberapa email internal yang membicarakan strategi kampanye dan kelompok pemilih yang cenderung negatif antara Hillary dengan penasehat terpercayanya.

Bocoran terbaru kemungkinan akan terus mengucur, tak tahu sampai kapan akan berhenti.

5. Negara Bagian Mayoritas Imigran

Nevada adalah negara bagian di mana debat pamungkas akan berlangsung. ABCNews melihat negara bagian ini memiliki swing voters yang cukup signifikan.

Menurut Politico, ada perebutan tiket senat di negara bagian itu setelah Senator Harry Reid (Demokrat) mengumumkan pengunduran dirinya dari kancah politik AS. Ada pergolakan politik dalam senat negara bagian itu setelah ia nantinya lengser.

Jadi, debat ini bisa menjadi ajang Trump dan Hillary menggaet suara pemilih di negara bagian Nevada yang kehilangan sosok Reid.

Reid disebut-sebut rainbow senator karena ia berhasil menyatukan rakyat Nevada yang mayoritas imigran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya