Revitalisasi BLK Percepat Peningkatan Daya Saing

Kementerian Ketenagakerjaan mendorong revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK)

oleh Liputan6 diperbarui 27 Apr 2017, 15:34 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2017, 15:34 WIB
M Hanif Dhakiri
Kementerian Ketenagakerjaan mendorong revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan mendorong revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Balai Latihan Kerja (BLK). Hal itu bertujuan meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja asal negara lain.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan revitalisasi pendidikan dan pelatihan di BKL bertujuan menyelaraskan kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan kebutuhan industri dan dunia usaha. Salah satu cara revitalisasi BLK adalah dengan meningkatkan fasilitas pendidikan sehingga sesuai dengan tuntutan zaman.

“Saya berharap kelengkapan di BLK yang sudah ada terus di-upgrade supaya tidak ketinggalan zaman, dan tentu yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri yang ada,” katanya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Reorientasi, Revitalisasi, dan Rebranding Balai Latihan Kerja (BLK) atau 3 R BLK tahap pertama. Tiga BLK itu adalah BBPLK Bekasi, BBPLK Serang, dan BBPLK Bandung.

Menaker M Hanif mengatakan pengembangan dalam program 3R BLK bertujuan untuk mempercepat peningkatan daya saing dan kompetensi tenaga kerja. Apalagi, Indonesia saat ini kekurangan tenaga kerja terampil.

Menurut Hanif, pada 2016 Indonesia memiliki 57 juta tenaga kerja terampil dan diprediksi kebutuhan tenaga kerja terampil mencapai 113 juta pada 2030. Artinya, Indonesia harus menciptakan empat juta tenaga kerja terampil setiap tahunnya.

“Kebutuhan kita untuk tenaga kerja skilled itu jutaan bukan ribuan. Karena itu, saya mengarahkan agar BLK harus fokus jurusannya dan masif memproduksi tenaga kerja melalui program 3R BLK,” ujar Menaker.

Hanif mengatakan program reorientasi BLK adalah mengarahkan agar program-program pelatihan yang di BLK fokus pada kebutuhan riil pasar kerja dan dilaksanakan secara masif. Rebranding BLK adalah upaya membangun citra bahwa BLK sebagai solusi bagi yang ingin mendapatkan pekerjaan yang layak melalui publikasi kinerja BLK kepada masyarakat.

“Selanjutnya, revitalisasi BLK adalah upaya bagaimana menjadikan BLK kembali berfungsi didalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait peningkatan kompetensi calon tenaga kerja dan tenaga kerja,” katanya.

Pada program revitalisasi BLK, menurut Hanif, ada delapan variabel yang harus tingkatkan fungsinya, yaitu: SDM pengelola lembaga dan tenaga instruktur sebagai pelatih; sarana dan prasarana pelatihan, tata kelola balai, standar kompetensi dan program pelatihan, sistem pendanaan, kemitraan dengan dunia industri, dan dunia usaha.

Hanif menyebutkan, sejak dimulai 2007, hingga 2015 program Revitalisasi BLK menyasar 299 BLK, dan berhasil memperbaiki BLK dalam kondisi baik sebanyak 55 BLK. Pada 2016 program revtalisasi BLK ditargetkan menyasar 15 BLK. Hingga akhir 2016, jumlah BLK yang berhasil direvitalisasi sebanyak 70 BLK.

“Target kami pada 2017 akan merevitalisasi sebanyak 15 BLK akan menjadi baik sambil membenahi BLK yang lain dimana pada saatnya nanti akan menjadi baik,” kata dia.

(*)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya