PDIP Minta Bukti Dukungan Perindo pada Jokowi

Eva menilai, dukungan Perindo adalah insting politik pragmatis, karena sudah banyak juga partai politik lain ingin Jokowi maju Pilpres 2019.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 04 Agu 2017, 06:38 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 06:38 WIB
Partai Perindo Dukung Jokowi
Ketua Perindo Hary Tanoesoedibjo. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan, Partai Perindo menambah deretan partai pendukung Joko Widodo atau Jokowi.

Kendati, kata Eva, dukungan Partai Perindo harus dibuktikan, apakah Perindo benar-benar mendukung Jokowi atau hanya karena terdesak.

"Jadi proof dulu, buktikan dulu dukungannya," Eva di Jakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.

Menurut Eva, dukungan kepada Jokowi wajar karena mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpeluang besar menang pada Pilpres 2019, mengingat sudah banyak hal yang dilakukan pemerintahan saat ini.

"(Partai Perindo) menambah deret panjang dukungan ke Pak Jokowi, yang memang by performance tampaknya peluang untuk menang memang paling gede, dari performance internasional," ujar dia.

Terbaru, kata Eva, tingkat kepercayaan internasional paling tinggi adalah Indonesia dan Swiss. Lalu, di dalam negeri juga tingkat kepercayaan paling tinggi.

Eva menilai, dukungan Perindo adalah insting politik pragmatis, karena sudah banyak juga partai politik lain ingin Jokowi maju pada Pilpres 2019.

Namun, Eva merasa, apa yang dilakukan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo itu lucu. Karena sebelumnya bos MNC Group itu justru sempat tidak suka dengan kepemimpinan Jokowi.

"Menurutku dukungan itu harus konkret, terukur, dan produktif. Ojo sing mengko gebuki Jokowi (jangan kemudian menjelekkan Jokowi), ngono kan lucu yo ngono loh (kalau seperti ini kan lucu)," kata dia.

Lebih lucu lagi, kata Eva, jika ada transaksi politik di awal dukungan Perindo. Misalnya saja pimpinan partai ini meminta jabatan Cawapres mendampingi Jokowi pada Pilpres 2017.

"Jangan ada transaksi di awal. Durung ono kinerja juk jaluk (tidak ada kinerja minta) jadi cawapres, umpamane ngono (kalau misalnya begitu). Aku ya mohon maaf, menurutku harus terukur. Bagaimana mengukurnya?" ujar dia.

Eva pun teringat saat Pilkada DKI 2017, di mana MNC Group yang notabene milik Hary Tanoe, menyudutkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok melalui pemberitaannya.

"Ingatan kita kan belum lupa selama Ahok, MNC mana? Gitu loh. Terus tiba-tiba ketika tersudut kok belok sini, yo pusing. Jadi very welcome but...," Eva menandaskan.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya