Liputan6.com, Mekah - Jelang kedatangan jemaah calon haji Indonesia dari Madinah ke Mekah pada 6 Agustus dini hari nanti, pelaksana bimbingan ibadah haji mengantisipasi kesalahan pengambilan miqat -- tempat awal mulai memakai ihram sekaligus niat umrah/haji -- sejak dini.
Kepala Divisi Ibadah dan KBIH Petugas penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Mekah Ansori mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah antisipasi untuk meminimalisir kemungkinan peristiwa tahun lalu terjadi kembali.
Tahun lalu, terdapat dua bus jemaah calon haji Indonesia di Madinah yang tidak melewati tempat miqat Bir Ali. Masalah ini dipicu karena ketidaktahuan sopir yang mengemudikan kendaraan.
Advertisement
Selama musim haji, para perusahaan transportasi kerap mempekerjakan sopir-sopir musiman yang sama sekali belum mengetahui medan.
Menurut Ansori, langkah antisipasi yang diujicobakan tahun ini menghadapi pengalaman tahun lalu, adalah dengan menggunakan sistem transportasi baru yaitu bus tracking. Dengan sistem ini, pergerakan bisa akan mudah dimonitor untuk memastikan kesesuaian rute pengambilan miqat.
"Alhamdulillah pada tahun ini diujicobakan tracking bus, kendaraan akan dilacak, sebisa mungkin petugas ketahui lokasi bus," kata dia di Mekah, Sabtu (5/8/2017).
Koordinasi Antarsektor
Dia menerangkan, langkah lain untuk memaksimalkan pengambilan miqat jemaah haji Indonesia dari Madinah menuju Mekah, adalah mengoptimalkan koordinasi antarsektor dengan sektor khusus (seksus) yang berada di Bir Ali. Seksus akan memandu jemaah haji Indonesia agar benar-benar memastikan kesesuaian miqat mereka dengan syariat.
Ansori juga meminta para tim pembimbing ibadah haji Indonesia (TPIHI) memaksimalkan tuntunan mereka kepada jemaah tentang ihwal bermiqat. Biasanya dalam satu kelompok terbang (kloter) terdapat sembilan bus dan di tiap bus ada disertai oleh satu tim pembimbing ibadah yang sekaligus ketua rombongan (karom).
Perlu koordinasi kuat antara TPIHI dan karom agar pengambilan miqat yang sesuai dengan syar’i tidak terlewat.
"Ini adalah inti kegiatan operasional kita (bimbingan ibadah) kerena ruh haji adalah berihram dari miqat yang benar," terang Ansori.
Dia juga mengatakan, optimalisasi bimbingan ibadah tahun ini akan dilakukan dengan memaksimalkan peran ketua regu (karu) dan karom.
Miqat Sangat Penting
Koordinator Konsultan Bimbingan Haji, Aswadi mengingatkan, miqat para jemaah haji dari Madinah sangat krusial. Jarak yang jauh antara Madinah dan Mekah jangan sampai ada kesalahan fatal.
"Jika salah dan harus mengulangi kan repot," sebut Aswadi.
Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu mengingatkan para petugas yang berada di Madinah, harus mewanti jemaah terutama kalangan pria, supaya memastikan tata cara berihram mereka sudah sesuai. Seperti tidak mengenakan pakaian-pakaian berjahit.
"Pastikan jemaah pria tidak memakai celana dalam atau kaus," kata dia. Aswadi menjelaskan, ketentuan ini agar wajib dan rukun haji terpenuhi sejak berihram.
Dia menambahkan, untuk jemaah haji gelombang kedua, pemakaian pakaian ihram boleh dilakukan sejak di embarkasi masing-masing, tetapi niatnya boleh dilakukan di pesawat, atau bahkan di Jeddah.
Dia merekomendasikan agar jemaah haji gelombang kedua, berniat ihram jika nanti berada di Bandara King Abdul Aziz, Jedah. Berniat di dalam bisa akan memudahkan jemaah memperbanyak talbiyah yang merupakan sunah berumrah.
"Biasanya kalau di pesawat karena satu dan lain hal sulit bertalbiyah," kata Aswadi.
Saksikan video di bawah ini: