Liputan6.com, Bali - Aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, meningkat sejak 18 September lalu, hingga kini status gunung api itu naik ke level siaga hingga awas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebut Gunung Agung sebagai gunung api paling eksplosif di Indonesia.
Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Senin (25/9/2017), tingkat eksplosifnya bahkan melebihi gunung merapi di Yogyakarta dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Sejarah mencatat, Gunung Agung terakhir meletus tahun 1963, dampaknya amat dahsyat dibandingkan letusan gunung lain. Letusan Gunung Agung bahkan didokumentasikan khusus oleh sejumlah orang warga negara Inggris.
Ketinggian Gunung Agung berkurang dari 3.142 mdpl menjadi 3.014 mdpl akibat letusan itu. Masyarakat Bali yang menyucikan Gunung Agung karena letaknya tepat di atas Pura Suci Besakih, tak hentinya memanjatkan doa pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Advertisement
Gunung vulkanik tipe monokonik strato ini sempat tidur panjang, 120 tahun hingga meletus tahun 1963. Sejak tahun 1800-an, setidaknya Gunung Agung telah 4 kali meletus, tahun 1808 Gunung Agung melontarkan abu dan batu apung. Kemudian 13 tahun berselang, Gunung Agung kembali meletus tahun 1821.
Dua dekade kemudian pada 1843 Gunung Agung meletus didahului sejumlah gempa bumi dan memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung. Terakhir 120 tahun kemudian, pada 1963 Gunung Agung meletus dahsyat, 1.148 jiwa melayang, dan 296 orang luka-luka.
Jika dilihat, pola letusan Gunung Agung hampir sama tak hanya bersifat eksplosif memuntahkan lava pijar, abu vulkanik dan bebatuan. Namun juga efusif berupa aliran awan panas dan aliran lava.
Kini 54 tahun berselang, status Gunung Agung kembali awas, namun semoga saja letusannya tak sampai merenggut korban jiwa.