2 Faktor Ini Jadi Pendorong Harga Emas Naik di 2025

Rencana Trump untuk memindahkan masyakarat Palestina di jalur Gaza ke Mesir dan Yordania, yang menimbulkan penolakan besar-besaran di antara negara-negara Timur Tengah menjadi salah satu pendorong kenaikan harga emas dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 06 Feb 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 21:00 WIB
Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)
Pada perdagangan Rabu, harga emas spot naik 0,8% menjadi USD 2.865,61 per ons pada pukul 01:59 p.m. ET (1859 GMT), setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD 2.882,16 per ons. Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan akan terus naik dalam beberapa waktu mendatang, memasuki periode awal pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan dua faktor yang dapat mendorong harga emas melampaui USD 2.850 per ons.

Faktor pertama, adalah kekhawatiran perang dagang antara AS dan China yang berlanjut, di mana Amerika memberlakukan tarif impor 10% pada semua barang China. Sebelum dilantik menjadi Presiden AS, Trump berencana menaikkan tarif impor barang dari China hingga 60%.

Tarif impor memicu respon dari Beijing, salah satunya rencana melaporkan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang tarif impor tersebut.

Beijing melaporkan ke WTO karena ada kehawatiran atas peningkatan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Trump juga tampaknya belum segera bertemu Presiden China Xi Jinping. Ini yang membuat situasi memanas dan harga emas pun mengalami kenaikan.

Faktor kedua, adalah rencana Trump untuk memindahkan masyakarat Palestina di jalur Gaza ke Mesir dan Yordania, yang menimbulkan penolakan besar-besaran di antara negara-negara Timur Tengah.

“Walaupun akhirnya Trump juga memberikan solusi bahwa warga Gaza dipindahkan ke Mesir dan Jordania hanya bersifat sementara untuk menstabilkan situasi politik.Kondisi ini juga menimbulkan harga emas naik,” jelas Ibrahim.

Faktor lainnya, adalah dampak dari perang dagang yang memicu lonjakan inflasi AS dan China hingga menaikkan harga emas.

“Belum diketahui apakah risiko perang dagang ini bersifat sementara, akan dinegosiasikan atau kembali normal,” imbuhnya.

 

Harga Emas Dunia Sentuh Level Termahal Sepanjang Sejarah

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Seperti diketahui, harga emas terus mengalami kenaikan dan mencetak rekor tertinggi pada Rabu (5/2).

Kenaikan ini seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Kondisi ini mendorong minat terhadap aset safe-haven seperti emas, yang dikenal sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (6/2) pada perdagangan Rabu, harga emas spot naik 0,8% menjadi USD 2.865,61 per ons pada pukul 01:59 p.m. ET (1859 GMT), setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD 2.882,16 per ons.

Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup naik 0,6% di level USD 2.893 per ons.

Menurut Peter Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior di Zaner Metals, pergerakan emas saat ini masih sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian perdagangan global.

“Tarif yang diberlakukan terhadap Tiongkok serta respons balik dari Beijing membuat pasar semakin waspada, sehingga permintaan emas sebagai aset safe-haven tetap tinggi,” ujarnya.

 

Dampak Kebijakan The Fed

Beberapa pejabat Federal Reserve AS memperingatkan bahwa kebijakan tarif yang diterapkan AS dapat memicu inflasi, yang berpotensi memengaruhi keputusan suku bunga. Salah satu pejabat menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk memperlambat pemangkasan suku bunga.

Laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 183.000 pekerjaan di sektor swasta bulan lalu, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 150.000 pekerjaan.

“Data ketenagakerjaan menjadi perhatian utama minggu ini, tetapi kemungkinan besar tidak akan berdampak signifikan terhadap kebijakan The Fed, kecuali jika angkanya jauh di luar ekspektasi,” tambah Grant.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya