Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono mengaku gembira dengan berhasilnya Partai Golkar menyelesaikan persoalan internal kekinian dalam rapat pleno pada Selasa 21 November 2017. Ia senang karena tidak sampai terjadi perpecahan di internal partai.
Namun di sisi lain, Agung menyimpan kekecewaan karena hasil dari rapat pleno yang salah satunya membahas soal Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto itu tidak sesuai dengan harapannya.
"Rasanya kok masih belum seperti yang diharapkan sepenuhnya, yaitu pertama, mengenai penetapan Plt Ketua Umum Idrus Marham," ujar Agung di kawasan Jakarta Selatan, Rabu 22 November 2017.
Advertisement
Bagi Golkar, lanjut dia, apakah itu sekjen atau posisi lain, sepanjang dia pengurus DPP Partai Golkar tidak ada masalah untuk diangkat sebagai Plt. Apalagi dalam situasi seperti sekarang, ada keadaan yang cukup genting.
"Plt Ketua Umum itu harus ditugaskan bukan hanya sekadar menjalankan kepemimpinan partai, tapi menyiapkan musyawarah nasional luar biasa (munaslub), yang diselenggarakan akhir tahun ini," ucap Agung.
Ia menegaskan, penyelenggaraan munaslub Partai Golkar ini selambat-lambatnya dilakukan pada akhir tahun 2018. "Di situ hal yang penting dan itu akan menjawab kegelisahan selama ini," tegas Agung.
Dia mengatakan, apabila kondisi DPP Partai Golkar terus menerus seperti sekarang ini, maka tidak menutup kemungkinan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar mengambil alih.
"Mungkin saja DPD provinsi akan bersatu kemudian men-take over. Ini harus dicegah sebelum terjadi, sebaiknya kompromi dengan situasi, lalu mencari solusi yang semua bisa menerima," tuturnya.
Hormati Setya Novanto
Sikap Partai Golkar, lanjut Agung, di satu sisi menghormati, tapi di sisi lain juga harus respek terhadap Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang sekarang sedang dalam tahanan dan menghadapi masalahnya secara sungguh-sungguh.
"Tapi pada sisi lain, kita juga harus menyadari bagaimana menjalankan partai ini. Ini bagaimana dua-duanya. Tidak mungkin juga langsung semena-mena melupakan dia (Novanto)," terang Agung.
"Mungkin ada cara lain yang dilakukan partai dalam memberikan atensi sebagai bentuk respek, simpati kepada seseorang yang pernah menjadi ketua umumnya. Tapi jangan kemudian tanpa kepastian," sambung dia.
Dengan adanya munaslub, lanjut Agung, maka akan ada kepastian. Dan itu semua, kata dia, tidak tergambar dalam keputusan rapat pleno Partai Golkar pada Selasa lalu.
"Apalagi hal yang berikutnya sepertinya Pak Idrus Marham jadi tunggal. Dia ketua umum, dia sekjen. Saya kira kurang bagus," tutur Agung.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Â
Advertisement