Liputan6.com, Jakarta - Film Naura & Genk Juara tengah menjadi perbincangan lantaran diduga mengandung SARA. Beredar unggahan media sosial yang mengatakan film itu menyelipkan unsur-unsur agama tertentu pada tokoh-tokoh antagonisnya.
Film yang tayang sejak 16 November 2017 ini bercerita mengenai persahabatan Naura, Okky, dan Bimo. Mereka bertiga mengikuti kompetisi sains di Situ Gunung dan berjumpa dengan Kipli. Kipli adalah seorang ranger cilik yang hendak menggagalkan usaha sindikat perdagangan hewan liar, Trio Licik.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi awalnya mengaku geram saat beredar opini tersebut. Menurutnya, media film terlebih film anak, jangan sampai disusupi oleh unsur-unsur yang menyinggung suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Advertisement
"Saya sempat panas juga, ini film anak-anak kok begitu. Kok sudah mendidik anak yang mengandung unsur-unsur SARA. Hari itu juga, saya putuskan untuk nonton," ungkap Seto, Jakarta, Kamis (23/11/2017).
Namun setelah menonton, pria yang akrab disapa Kak Seto ini mengaku kekhawatiran itu tidak benar. Dia bahkan sangat terpesona dengan akting dan alur cerita.
"Sangat bergairah karena nuansa keceriaan anak-anak dan unsur pendidikan tadi," terang Seto.
Ia menegaskan, tidak ada unsur SARA dalam film karya sutradara Eugene Panji ini. Namun berbagai kritikan tetap perlu disampaikan dan dipertimbangkan dalam film-film berikutnya.
"Tapi saya tidak melihat sesuatu yang sangat menyudutkan dan sebagainya. Suatu sikap, suatu spontanitas, ada kata-kata yang muncul dan sebagainya tidak terlalu diinterpretasikan sebagai sesuatu yang menyudutkan salah satu golongan," jelas Seto.
Â
Sebarkan Nilai Positif
Sementara Produser Film Naura & Genk Juara Handoko Hendroyono mengaku prihatin dengan tanggapan negatif tersebut.
"Saya sebenarnya cukup prihatin, ini bisa mengancam industri kita. Sebuah kolaborasi dan ruang apresiasi yang sangat indah, akhirnya (dengan tanggapan negatif) bisa mengganggu percaya diri kita."
Menurut Handoko, film ini dibuat dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai positif tentang persahabatan dan bahkan penuh unsur edukasi sains.
Produser Amalia Prabowo menambahkan bahwa film tersebut bahkan dibuat ketika bulan Ramadan. "Mereka menjalani (puasa) tidak ada yang batal. Mereka puasa semua, kemudian kalau kita sahur mereka sahur sama-sama."
Amalia juga berharap film yang terinspirasi dari Petualangn Sherina ini bisa mengisi kekosongan film anak-anak yang bernuansa Indonesia. Pihaknya juga tetap terbuka terhadap kritikan dan pendapat. (Andri Setiawan)
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement