Begini Bedakan Sabu Cair dengan Air Mineral Biasa

Satu-satunya cara orang awam mengenali perbedaan sabu cair dan air mineral adalah lewat rasa.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 19 Des 2017, 10:26 WIB
Diterbitkan 19 Des 2017, 10:26 WIB
Diskotek MG
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Budi Waseso berbincang dengan pengunjung di Diskotik MG, Pesing, Jakarta Barat, Minggu (17/12). Penggerebekan kami lakukan sedari subuh 04.00 WIB. (Liputan6.com/Pool/BNN)

Liputan6.com, Jakarta - Pengungkapan produksi narkotika jenis sabu cair di Diskotek MG Internasional Club membuat warga makin melek narkoba. Apalagi nyatanya sabu tersebut diperjualbelikan dengan dicampur air mineral kemasan yang biasa beredar di masyarakat.

Ahli Kimia Farmasi BNN Kombes Mufti Djusnir menyampaikan, secara kasat mata, tidak bisa dibedakan mana air mineral biasa dengan yang mengandung sabu cair. Sebab kejernihan air tidak berubah meski dicampur barang haram itu.

"Methamphetamine itu, dia sangat mudah larut di dalam air," tutur Mufti saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Satu-satunya cara orang awam mengenali perbedaannya adalah lewat rasa. Untuk itu, BNN mengimbau masyarakat, jika meminum air mineral yang dirasa tidak seperti biasanya beredar di pasaran, curigai dan berhenti mengkonsumsi.

"Kalau dari rasa itu bisa. Rasanya pasti beda sekali dengan air mineral yang netral. Seperti kita kan ada minuman yang ada air oksigennya itu. Itu bisa terasa, walaupun airnya jernih tapi begitu kita minum wah beda nih. Walaupun bening pasti beda bisa dirasa," jelas dia.

Terlebih, efek yang paling mudah dirasa setelah mengkonsumsi sabu cair adalah rasa kering di tenggorokan. Kandungan methamphetamine yang ada tidak menghilangkan dahaga, namun menambah dehidrasi dan haus.

"Justru dengan minum ini jadi aduh kok haus, jadi nambah lagi. Wah ini jadinya mereka lebih berisiko ini. Mereka resikonya tinggi," Mufti menandaskan.

 

Sulit Dibeli

Sekitar 39 sepeda motor masih terparkir di Diskotek MG Internasional Club yang menjadi lokasi penggerebekan BNN.
Sekitar 39 sepeda motor masih terparkir di Diskotek MG Internasional Club yang menjadi lokasi penggerebekan BNN. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Tidak sembarang orang bisa masuk ke Diskotek MG. Mereka harus memiliki kartu member khusus.

"Iya (pengunjung harus) pakai member. Mereka kan punya sekuriti," ujar Kepala BNN Provinsi DKI Jakarta Brigjen Johny P Latupeirissa saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jakarta, Senin (18/12/2017).

Menurut Johny, penjagaan di diskotek tersebut cukup ketat. Namun petugas sekuriti yang dipasang bukan untuk mengamankan diskotek dari tindak kejahatan.

"Jadi manajemen memperkerjakan mereka untuk mengamankan transaksi narkoba itu," kata dia.

Pengunjung yang datang tidak serta merta mendapatkan member. Mereka harus 10 kali berkunjung ke Diskotek MG baru bisa memiliki member untuk bisa mendapatkan sabu cair tersebut.

Transaksi narkoba di diskotek ini juga tidak mudah diketahui oleh pengunjung baru. Sebab, sabu cair tersebut dikemas dalam botol air mineral berukuran 300 ml.

Sekilas, sabu cair tersebut tidak ada bedanya dengan air mineral biasa. Bahkan berdasarkan pengakuan pengunjung yang terjaring razia, rasanya tawar seperti air mineral.

"Kalau di diskotek itu kan gelap-gelapan. (Pengunjung baru) enggak bakalan tahu. Kecuali orang yang mengajak mereka itu orang yang punya member," ucap Johny.

Dibekingi Aparat?

diskotek MG
Begini kondisi Diskotek MG usai penggerebekan BNN. (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Diskotek MG yang ada di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat ini diduga telah beroperasi cukup lama. Berdasarkan pengakuan sementara para karyawan yang diamankan petugas BNN, produksi narkoba di lokasi tersebut telah berlangsung sejak dua tahun terakhir.

Pabrik narkoba berkedok tempat hiburan malam itu sulit terendus lantaran cukup tertutup. Bahkan lurah setempat pun dilarang masuk saat hendak melakukan pemantauan rutin.

Johny menampik, diskotek tersebut mampu menjalankan bisnisnya selama sekitar dua tahun terakhir ini lantaran adanya beking dari oknum aparat. Sejauh ini, tidak ada indikasi keterlibatan aparat dalam bisnis haram tersebut.

"Saya nggak ada duga-duga. Kalau ada bekingan aparat, otomatis kemarin ada perlawanan, kemarin enggak ada yang melawan," ucap Johny.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya