Liputan6.com, Jakarta - Di hari peringatan Supersemar, wajah Presiden kedua Indonesia Soeharto menghiasi Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta. Di depan pintu masuk terlihat beberapa spanduk berisikan foto sosok fenomenal tersebut.
Bukan hanya itu, di depan Candi Bentar, terlihat ratusan orang dari tua dan muda mengenakan baju dengan foto tersebut. Di mana berisi tulisan Bapak Pembangunan Bangsa.
Salah satu anak muda bernama Nazwa (13) dari SMPN 25 Jakarta juga turut hadir mengenakan baju dan celana olahraga sekolahnya. Dia menuturkan, hadir ke sini diminta oleh gurunya.
Advertisement
"Iya disuruh guru datang ke sini," ucap Nazwa di lokasi, Minggu (11/3/2018).
Dia pun hanya mengetahui bahwa sosok Soeharto merupakan Presiden yang dijuluki Bapak Pembangunan. "Ini Presiden kedua. Bapak pembangunan," tutur Nazwa.
Sementara hingga Pukul 09.00 WIB, anak almarhum Soeharto, seperti Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut), Siti Hediati Hariyadi (Mbak Titiek), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mbak Mamiek), belum terlihat hadir.
Diketahui, hari ini dalam rangka mengenang Presiden kedua RI Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Indonesia, Yayasan Damandiri bersama tujuh yayasan yang didirikan HM Soeharto mengadakan serangkaian kegiatan bertajuk "Bulan HM Soeharto".
Kegiatan yang sudah dimulai di Yogjakarta sejak 1 Maret 2018 itu akan berlanjut dengan kegiatan bakti sosial dan pentas seni budaya yang mengambil momentum peringatan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pentas Seni
Kegiatan tersebut akan dipusatkan di Panggung Candi Bentar, Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Supersemar sendiri merupakan surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar Angkatan Darat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian kalangan sejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar sehingga masih ditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno di Istana Bogor.
Advertisement