11 Maret: Mengenang Supersemar dan Pandemi COVID-19 sebagai Wabah Global

Tanggal 11 Maret menyimpan berbagai peristiwa penting, dari Hari Supersemar hingga peringatan tak resmi pandemi COVID-19 dan Hari Pembongkaran yang menekankan pentingnya literasi media.

oleh Nila Chrisna Yulika Diperbarui 11 Mar 2025, 09:37 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2025, 09:36 WIB
Ilustrasi anak terkena pandemi COVID-19
Ilustrasi anak terkena pandemi COVID-19. Photo by Taylor Brandon on Unsplash... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 11 Maret dalam sejarah Indonesia diwarnai oleh peristiwa penting yang hingga kini masih dibahas, yaitu dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966. Peristiwa ini menandai titik balik sejarah Indonesia, dari Orde Lama ke Orde Baru, dan memberikan mandat kepada Letjen Soeharto untuk mengatasi situasi politik dan keamanan yang tidak stabil. 

Selain itu, tanggal ini juga dikaitkan dengan peringatan tidak resmi Hari COVID-19 Internasional, mengenang penetapan pandemi global oleh WHO pada 11 Maret 202.

Supersemar, yang hingga kini masih menjadi perdebatan, memberikan legitimasi bagi pemerintahan Orde Baru dan menandai transisi kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Peristiwa ini terjadi dalam konteks situasi politik dan keamanan yang bergejolak pasca Gerakan 30 September 1965, ditandai dengan aksi demonstrasi besar-besaran rakyat yang menuntut pembubaran PKI dan perbaikan ekonomi. Misteri seputar naskah asli Supersemar yang hilang pun menambah kompleksitas peristiwa ini.

Peristiwa-peristiwa ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya stabilitas politik, tanggung jawab kepemimpinan, dan peran aktif masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan.

Promosi 1

Hari Supersemar: Titik Balik Sejarah Indonesia

supersemar
Peristiwa Supersemar | Via: Istimewa... Selengkapnya

Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar, hingga kini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan masyarakat. Berbagai interpretasi bermunculan, mencerminkan kompleksitas peristiwa bersejarah ini. Supersemar memberikan mandat kepada Soeharto untuk mengambil tindakan guna mengatasi situasi yang tidak menentu pasca G30S/PKI. Namun, ketidakjelasan isi dan proses penerbitan surat ini masih menjadi pertanyaan besar.

Terlalu banyak misteri dalam peristiwa Supersemar yang sampai saat ini belum terungkap kebenarannya. Berbagai informasi mengenai Supersemar pun merebak. Semua hal tersebut disebabkan oleh raibnya naskah asli Supersemar sebagai dokumen sejarah yang sangat penting bagi kedaulatan Indonesia.

Peristiwa G30S/PKI dan tuntutan rakyat melalui Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) menjadi latar belakang dikeluarkannya Supersemar. Rakyat menuntut pembubaran PKI, perbaikan ekonomi, dan pembersihan kabinet. Kondisi ekonomi yang buruk dengan inflasi mencapai 650 persen semakin memperparah situasi. Demonstrasi mahasiswa dan pelajar yang dimotori oleh KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) semakin menekan pemerintah untuk memenuhi tuntutan rakyat.

Isi Supersemar

  1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
  2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.
  3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas. 

Supersemar, terlepas dari kontroversinya, menjadi tonggak sejarah yang menandai berakhirnya Orde Lama dan dimulainya Orde Baru di Indonesia. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting tentang transisi kekuasaan, peran militer dalam politik, dan pentingnya stabilitas politik dan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat.

Hari COVID-19 Internasional dan Pentingnya Kesiapsiagaan

Ilustrasi tenaga kesehatan Covid-19.
Ilustrasi tenaga kesehatan Covid-19. (Liputan6.com/M Syukur)... Selengkapnya

Meskipun tidak resmi, tanggal 11 Maret juga dikaitkan dengan Hari COVID-19 Internasional. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global. Hal itu berdasarkan adanya lebih dari 118 ribu kasus penularan di lebih dari 110 negara.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, keputusan wabah virus corona sebagai pandemi tidak mengubah tindakan global dalam penanganannya. WHO mencemaskan penyebaran dan level kerusakan yang diakibatkan virus corona.

Selain itu, kurangnya langkah dan tindakan yang diambil dalam memerangi virus corona juga masih mengkhawatirkan. Ghebreyesus memprediksi akan ada peningkatan kasus dan kematian dalam beberapa pekan ke depan.

"Covid-19 dapat dicirikan sebagai pandemi. Kami telah membunyikan bel alarm dengan keras dan jelas," terang Ghebreyesus.

"Ini bukan hanya krisis kesehatan masyarakat, ini adalah krisis yang akan menyentuh setiap sektor," tambahnya.

Tanggal ini menjadi momentum untuk mengenang dampak pandemi, menghormati para korban, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan publik dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan.

Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya sistem kesehatan yang kuat, kerja sama internasional, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protokol kesehatan. Peringatan ini mendorong kita untuk selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi potensi pandemi di masa mendatang.

Pengalaman menghadapi pandemi COVID-19 juga menyoroti pentingnya literasi informasi dan kemampuan untuk membedakan informasi yang valid dari informasi yang menyesatkan. Informasi yang salah dapat menyebabkan kepanikan dan memperburuk situasi.

 

Infografis Kelompok Seni Teater Populer di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Infografis Kelompok Seni Teater Populer di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya