Liputan6.com, Jakarta Program Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM) yang dinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dinilai tak hanya mengubah mindset para civitas akademika. Namun juga membuka mata para mitra atau penyedia lapangan pekerjaan.
Â
"Secara umum, semua pihak happy dengan implementasi program ini, baik mahasiswa, dosen, pimpinan perguruan tinggi hingga para mitra dari dunia usaha. Namun demikian, mereka juga memberikan sejumlah catatan untuk perbaikan program ini ke depan," kata Direktur Eksekutif Segara Research Insitute, Piter Abdullah di Jakarta, Jumat (24/6/2027).
Â
Kata dia hal tersebut berdasarkan survei yang melibatkan 50 perguruan tinggi mulai dari Sumatera hingga Papua. Sebanyak 36 di antaranya tersebar di Jawa dan Sumatera. Total responden mencapai 263 orang, terdiri dari pimpinan perguruan tinggi mulai dari rektorat hingga dekanat, koordinator program MBKM, mahasiswa hingga lebih dari 50 mitra kampus.
Â
Untuk responden mitra terdiri dari 46.6 persen perusahaan swasta, 22.4 persen institusi pendidikan, 19 persen instansi pemerintah, dan 12.1 persen perusahaan BUMN.
Â
Piter menyebut survei itu bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas mahasiswa, peran program MBKM dalam menjawab permasalahan kualitas, manfaat yang dirasakan oleh stakeholders, serta untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan pelaksanaan program MBKM.
Â
"Hasil survei terbagi menjadi tujuh parameter. Pertama, profil softskills dan hardskills mahasiswa dalam perspektif pimpinan, dosen, dan mahasiswa. Kedua, persepsi softskills dan hardskills mahasiswa oleh dunia kerja. Ketiga, pelaksanaan MBKM di perguruan tinggi," ucapnya.
Â
Lalu keempat, manfaat MBKM bagi perguruan tingg. Kelima, manfaat MBKM bagi dosen. Keenam manfaat MBKM bagi mahasiswa. Ketujuh manfaat MBKM bagi mitra. Sementara itu, rata-rata penilaian hard skills dosen dan pimpinan terhadap mahasiswa juga memiliki rerata 5.Â
Â
"Dengan menggunakan skala likert yang sama (1 sangat tidak efektif dan 7 sangat efektif), stakeholders di perguruan tinggi menilai bahwa salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan soft skills dan hard skills mahasiswa adalah praktik magang wajib," ujar dia.
Â
Collaborations Skills
Sedangkan lanjut Piter, berdasarkan dunia kerja lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki collaboration skills, communication skills, dan problem solving yang baik.
Â
"Menurut para mitra, penyebab terjadinya perbedaan standar and ekspektasi terhadap PT di dunia kerja adalah karena pembelajaran PT terlalu teoritis, jiwa semangat anak muda saat ini berkurang sebab segala hal instan, dan kurikulum yang kurang agile dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja," ujar Piter.
Â
Kendati begitu, Piter jugamenemukan sejumlah tantangan MBKM untuk peningkatan kualitas. Salah satunya yaitu mengintensifkan sosialisasi. Sebab masih banyak perbedaan pemahaman mengenai program MBKM di kalangan dosen dan mahasiswa.
Â
"Selain itu, penting untuk melakukan penyusunan kurikulum dan metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan mahasiswa (softskills dan hardskills) dengan menambah porsi pembelajaran studi kasus, project, dan metode praktikal lainnya agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja," jelasnya.
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓