Tradisi Pukul Sapu Terus Terjaga

Saat tradisi berlangsung, puluhan pemuda saling serang dan menyabet tubuh lawan dengan lidi. Meski sakit, kedua kelompok pemuda yang dibedakan dengan ikat kepala ini tak saling dendam.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Sep 2011, 05:18 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2011, 05:18 WIB
110909aritual-bakupukul.jpg
Liputan6.com, Maluku Tengah: Ada tradisi unik di Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Setiap tahun usai Lebaran, warga di sana mengelar tradisi unik, yaitu ritual baku pukul manyapu atau pukul sapu, seperti yang digelar baru-baru ini.

Dalam ritual, warga saling serang dan menyabet tubuh lawan dengan lidi dari pohon enau hingga berdarah. Acara ini dilakukan guna mengenang kembali perjuangan leluhur mereka melawan penjajahan dulu.

Saat tradisi berlangsung, puluhan pemuda saling serang dan menyabet tubuh lawan dengan lidi. Meski sakit, kedua kelompok pemuda yang dibedakan dengan ikat kepala ini tak saling dendam. Mereka memiliki kekebalan tubuh karena sebelumnya tubuh mereka dioles minyak tasala mamala yang diramu sendiri oleh warga. Bahkan luka sabetan lidi pohon enau dapat segera hilang tak berbekas setelah dioles dengan minyak itu hanya dalam waktu tiga hari.

Tradisi unik tersebut digelar secara turun temurun sejak abad ke 16 Masehi, saat penjajahan Portugis di daerah itu. Tradisi ini untuk mengenang pembangunan masjid tua di Mamala karena tiang tempat ibadah itu hanya disambung dengan minyak tasala tanpa mengunakan paku atau alat sambung lain. Acara ini sekaligus bertujuan menarik wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.(ULF)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya