24 Desember 1818: Lagu Silent Night Pertama Kali Dinyanyikan pada Malam Natal di Austria

Lagu Silent Night merupakan salah satu lagu Natal favorit Paus Fransiskus.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Des 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2024, 06:00 WIB
Gereja Katedral Bersiap Sambut Perayaan Natal
Pekerja membersihkan lantai saat melakukan persiapan jelang ibadah Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (23/12/2022). Menjelang peringatan Natal pada Minggu (25/12) mendatang, Gereja Katedral Jakarta melakukan persiapan bersih-bersih dan pemasangan dekorasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Wina - Lagu Natal "Silent Night" atau "Malam Kudus" adalah salah satu lagu Natal paling populer di dunia.

Dikenal dalam lebih dari 300 bahasa dan dialek, lagu ini telah menjadi simbol perdamaian dan keheningan pada malam Natal. Sejarahnya dimulai pada 24 Desember 1818, ketika pertama kali dipentaskan di Gereja St. Nicholas di Oberndorf, dekat Salzburg, Austria.

Dilansir laman Salzburg, Selasa (24/12/2024), lirik lagu ini ditulis oleh seorang pastor asal Salzburg, Joseph Mohr, sementara melodi yang menyertainya diciptakan oleh Franz Xaver Gruber, seorang guru dari Austria Atas. Lagu ini mendapatkan penghargaan khusus pada tahun 2011, ketika dimasukkan dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, mengakui dampaknya yang luar biasa dalam dunia musik dan budaya.

Bagi para penggemar "Silent Night", Salzburg merupakan tempat yang penuh dengan kenangan sejarah lagu ini.

Joseph Mohr, penulis lirik, lahir di kota ini dan menghabiskan masa kecilnya di Steingasse 31. Dia dibaptis di tempat yang sama dengan Mozart, yaitu di Katedral Salzburg. Mohr juga belajar di Lyceum (sekarang Universitas Salzburg dan Aula Besar), dan semasa muda, ia mencari nafkah tambahan dengan tampil di Biara Benediktin St. Peter.

Mohr akhirnya melanjutkan pendidikannya di seminari agama yang terletak di Makartplatz Square.

Di Salzburg Museum, terdapat naskah asli karya Mohr yang mengonfirmasi bahwa ia menulis "Silent Night" pada tahun 1816, dua tahun sebelum lagu ini pertama kali dipentaskan.

Jadi Lagu Perdamaian

Sambut Hari Raya Natal 2024, Gereja Katedral Jakarta Bersolek
Pengurus gereja membersihkan Gereja Katedral Jakarta menjelang perayaan Hari Raya Natal, Jakarta, Senin (23/12/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Mengutip Ewtnvatican, pada tahun 2018, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa ini adalah lagu Natal favoritnya.

Bagi banyak orang, "Silent Night" bukan sekadar lagu Natal, tetapi juga sebuah pesan perdamaian yang menghubungkan seluruh umat manusia. Dalam refleksi mengenai lagu ini, Pastor Nikolaus Erber, pastor paroki Oberndorf, menjelaskan bahwa lirik lagu ini mengandung makna teologis yang mendalam.

"Silent Night" mencerminkan kedatangan damai melalui kelahiran Yesus Kristus, yang membawa harapan dan kasih untuk setiap orang, terutama ketika kita menjalankan Injil yang mengajarkan perdamaian.

Lebih dari dua abad setelah pertama kali dipentaskan, "Silent Night" masih menggema di seluruh dunia sebagai lagu perdamaian. Lagu ini bahkan memiliki tempat khusus dalam sejarah perang, di mana selama Perang Dunia, tentara di garis depan berhenti bertempur pada malam Natal dan menyanyikan lagu ini bersama-sama.

Bahkan hingga saat ini, lagu ini tetap relevan di tengah konflik dunia, termasuk perang Rusia-Ukraina, sebagai pengingat akan pesan perdamaian yang disampaikan oleh kelahiran Yesus.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya