Intip Sejarah Stadion GBK di Museum Balai Kirti Bogor

Penasaran bagaimana proses pembangunan konstruksi hingga berdiri Stadion GBK yang memiliki ciri khas atap temu gelang berbentuk oval? Anda bisa melihatnya langsung di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 21 Mei 2018, 12:15 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2018, 12:15 WIB
Balai Kirti
Di museum Kepresidenan Balai Kirti, Istana Kepresidenan Bogor, terdapat sejumlah foto-foto, patung, maket, audio dan video, hingga buku yang mengulas lebih dalam tentang sejarah berdirinya Stadion GBK. (Liputan6.com/Darno)

Liputan6.com, Jakarta - Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) adalah sebuah kompleks serbaguna di Jakarta. Stadion ini umumnya digunakan sebagai arena pertandingan sepak bola tingkat internasional.

Stadion ini dinamai Gelora Bung Karno untuk menghormati Soekarno, Presiden RI pertama dan yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini.

Sejarah berdirinya Gelora Bung Karno dimulai pada 1962 kala Indonesia menjadi tuan rumah pesta akbar di Asia, Asean Games ke-IV.

Pada 8 Februari 1960, Presiden Soekarno disaksikan Wakil Perdana Menteri Uni Soviet, Anastas Mikoyan, menancapkantiang pancang tanda dimulainya pembangunan kompleks Gelora Bung Karno.

Penasaran bagaimana proses pembangunan konstruksi hingga berdiri Stadion GBK yang memiliki ciri khas atap temu gelang berbentuk oval? Anda bisa melihatnya langsung di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor.

Di museum yang terletak di kawasan Istana Kepresidenan Bogor ini terdapat sejumlah foto-foto, patung, maket, audio dan video, hingga buku yang mengulas lebih dalam tentang sejarah berdirinya Stadion GBK.

Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Amurwati Dwi Lestari mengatakan, sejumlah foto, maket, video, dan buku tentang sejarah Stadion GBK dikemas dalam sebuah pameran yang diadakan dari 20 Mei hingga 20 Agustus 2018. Pameran temporer ini diberi tema "Dua Presiden RI Tuan Rumah Asian Games 1962-2018".

Pameran ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi Museum Balai Kirti untuk menyambut Asian Games yang digelar Oktober 2018. Selain itu, untuk memperingati empat tahun berdirinya Museum Balai Kirti.

"Tema dua presiden sengaja diambil mengingat pada tahun 2018 ini Indonesia kembali mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pesta akbar se-Asean, setelah sebelumnya di tahun 1962 saat era Presiden Soekarno juga menjadi tuan rumah," terang Dwi, Minggu (20/5/2018).

Dalam pameran ini juga ditampilkan proses perubahan Stadion GBK dimana kini menjadi salah stadion terterang di dunia karena memiliki sistem pencahayaan 3.500 lux atau tiga kali lipat lebih terang dari sebelumnya.

Stadion berkapasitas 76000 penonton ini juga dilengkapi dengan sistem LED Lighthing system.

"Di museum ini kami pamerkan foto dan video dari awal dibangun sampai yang sekarang sedang direnovasi oleh Pak Jokowi untuk Asian Games," ucap Dwi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tingkatkan Pengetahuan Masyarakat

Balai Kirti
Di museum Kepresidenan Balai Kirti, Istana Kepresidenan Bogor, terdapat sejumlah foto-foto, patung, maket, audio dan video, hingga buku yang mengulas lebih dalam tentang sejarah berdirinya Stadion GBK. (Liputan6.com/Darno)

Tujuan dari pameran sendiri untuk mendorong masyarakat mencintai sejarah sekaligus melihat proses pembangunan Stadion GBK yang dilakukan secara gotong royong.

"Karena tahun ini Bogor juga jadi venue untuk pertandingan sepak bola, jadi diharapkan pemain atau atlit bisa berkunjung kesini sambil menunggu waktu bertanding," ucap Dwi.

Kurator Museum Balai Kirti Yuke Ardianti menambahkan, dua presiden dalam mempersiapkan Asian Games memiliki peran sangat penting.

"Gagasan arsitektural dari dua presiden dalam rangka menyiapkan Asian Games tahun 1962 dan 2018 kita perlihatkan disini," ujar Yuke.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid menyatakan, pameran ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat bahwa sebelumnya Indonesia sudah menggelar Asian Games dan kini sejarah kembali terulang.

"Kalau dulu gelaran Asian Games 1962 semacam pernyataan bahwa Indonesia sudah mampu menyelenggarakan kegiatan olahraga internasional, maka 2018 ini penegasannya," kata dia.

Melalui pameran ini juga untuk membuka kembali ingatan bahwa dahulu masyarakat bergotong-royong untuk menyukseskan perhelatan Asian Games ini.

"Ini pameran khusus arsitektur dari GBK dan perubahannya. Pameran lebih besar akan dilakukan Agustus, termasuk alat yang digunakan saat itu dan temu tokoh atlet Asian Games 1962, tapi lokasinya di Senayan," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya