Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini, petugas masih kesulitan mengevakuasi korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjo menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab sulitnya mengevakuasi para korban KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara. Salah satunya adalah keberadaan jurang dengan kedalaman 600 meter yang perlu kewaspadaan ekstra.
Baca Juga
"Jadi, ada jurang seperti kedalamannya lebih dari 600 meter. Kalau sampai masuk ke sana semakin sulit lagi (evakuasinya), jadi kita memang harus dipikirkan planning bagaimana mengangkatnya," kata Soerjanto saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Kamis, 28 Juni 2018.
Advertisement
Selain itu, Soerjanto juga menjelaskan mengapa korban yang sudah meninggal dunia tak terapung.
Menurut penuturannya, usai berkonsultasi dengan dokter forensik Universitas Indonesia, sulitnya jasad terapung disebabkan faktor dinginnya suhu di lokasi, sehingga tubuh tak bernyawa yang seharusnya mudah terapung di perairan malah semakin tenggelam.
"Jadi kenapa jasad ini tidak muncul ke atas. Saya tanya, ‘Dok ini kenapa kok jasad-jasad ini enggak naik ke atas?’ (dijawab) kalau temperaturnya dingin di dasar danau, itu seperti kita menaruh makan di kulkas, jadi reaksi pembusukannya itu lambat. Jadi, kenapa jasad itu bisa naik, karena kita harus lebih ringan dari air," tutur dia.
Hingga saat ini, 24 korban KM Sinar Bangun telah berhasil ditemukan tim gabungan. Total korban jiwa tercatat sebanyak tiga orang, dengan sisa di antaranya ditemukan selamat dan tengah menjalani masa pemulihan.
Satu korban jiwa diketahui sudah dievakuasi dan dipulangkan kepada pihak keluarga. Sedangkan dua lainnya, Basarnas dan Tim Gabungan, menjelaskan masih dalam level proses evakuasi. Keduanya ditemukan lewat tangkapan gambar deteksi teknologi Robot ROV dan Mulit-Beam Sonar yang memetakan koordinat di titik 450 m di kedalaman air.
Saksikan video pilihan di bawah ini: