40 Ribu Netizen Teken Petisi Usut Pembunuhan Keji Gajah Bunta

Petisi mengajak warganet (netizen) mendesak pihak terkait mengusut pembunuhan gajah bernama Bunta di Aceh, muncul di dunia maya.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 01 Jul 2018, 13:54 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2018, 13:54 WIB
Perawatan Bayi Gajah yang Terluka Akibat Terjerat
Dokter hewan dan mahot memandikan bayi gajah di Pusat Latihan Gajah, Saree, Aceh, Sabtu (23/8). Kondisi luka kaki bayi gajah akibat terkena jerat pada awal Mei 2018 lalu itu terus membaik dan tinggal menunggu proses penyembuhan. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Liputan6.com, Jakarta - Petisi mengajak warganet (netizen) mendesak pihak terkait mengusut pembunuhan gajah bernama Bunta di Aceh, muncul di dunia maya. 

Petisi yang digagas melalui situs Change.org itu digagas Teuku Nurhayati, seorang ustazah yang tinggal di Bireun Aceh. Hingga Minggu (7/1/2018) sekitar pukul 13.50 WIB, petisi tersebut telah ditandatangi hampir 40 ribu warga net.

Dalam keterangannya yang dikutip di akun tersebut, Nurhayati mengaku tak habis pikir bagaimana bisa seseorang membunuh binatang yang hampir punah hanya untuk di ambil gadingnya.   

"Yang lebih membuat saya terkejut itu adalah Bunta, gajah jinak yang saya temui saat berkunjung ke Conservation Respon Unit (CRU) Serbajadi tahun lalu, bertugas menangani konflik gajah dan manusia di Aceh. Dia gajah yang ramah, bahkan sempat memeluknya sebelum pulang," papar Nurhayati.

Dia menyatakan, sudah begitu banyak gajah dibunuh di Aceh dan juga Sumatera, semua kekejaman semata untuk diambil gadingnya.

"Saya merasa ada yang perlu diperbaiki dari moral kita. Saya terketuk membuat petisi ini karena saya harus menghentikan kekejaman yang terus terjadi terhadap gajah Sumatera," tulis dia.

Hormati Gajah

Perawatan Bayi Gajah yang Terluka Akibat Terjerat
Dokter hewan memberi makan bayi gajah di Pusat Latihan Gajah, Saree, Aceh, Sabtu (23/8). Kondisi luka pada kaki bayi gajah akibat terkena jerat pada awal Mei 2018 lalu itu terus membaik dan tinggal menunggu proses penyembuhan. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Tanah Aceh, kata Nurhayati, sangat menghormati gajah sebagai Po Meurah atau raja yang mulia. Tapi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tak takut berburu dan memperdagangkan satwa.

"Mungkin karena tak rasa takut akan dosa, tak ada kesadaran itu aset milik bangsa yang hampir punah," katanya.

Melalui petisi ini, Nurhayati meminta Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Bareksrim dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk segera mengusut Pembunuhan Gajah Bunta.

"Cukup Papa genk, Yongky, Bunta dan lebih dari 700 gajah lainnya yang korban selama 10 tahun terakhir. Moral kita sebagai bangsa ini patut dipertanyakan jika tidak menghentikan kekejaman ini," ujar dia.

Awal Juni lalu, seekor gajah bernama Bunta mati di Unit Respons Konservasi atau Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Gampong Bunin, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam. Dugaan sementara penyebab kematian gajah jinak ini karena diracun.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar menyebut ada kelemahan pengawasan di CRU tersebut. Ia menilai kematian gajah di tengah unit konservasi ini aneh. Karena itu, ia akan mengecek manajemen di CRU tersebut.

"Memang agak unik ya karena gajahnya mati di unit konservasi. Berarti saya juga harus cek bagaimana manajemennya sebetulnya. Berarti ada kelemahan pengawasan," jelas Siti Nurbaya di Kantor DPP Partai Nasdem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Jumat 15 Juni 2018 malam.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya