Liputan6.com, Pasuruan - Pada Kamis siang, sekitar pukul 11.30 WIB, ledakan keras mengoyak ketenangan sebuah permukiman yang terletak di Kelurahan Pogar Kidul, Bangil, Pasuruan. Bunyinya yang menggelegar membuat warga berhamburan keluar.
Sejumlah orang kemudian menghampiri rumah kontrakan yang dihuni A, istri dan satu anaknya. Ternyata, asal ledakan bukan dari tabung elpiji yang jebluk atau ban mbledos seperti yang dikira. Faktanya lebih mengerikan dari itu.Â
Hariono, warga yang berada di warung yang terletak di depan tempat kejadian perkara (TKP) mencium aroma tak biasa. Dari dalam rumah menguar bau mesiu. Pria 52 tahun itu pun memilih mundur dan menghubungi polisi.Â
Advertisement
Kemudian, ledakan kedua terjadi. Tak lama kemudian, muncul seorang pria yang diduga hendak kabur ke luar rumah. Ia mengenakan helm, menggendong tas ransel, dan bersiap mengambil motor. Seorang warga bernama Arif menduga, lelaki itu adalah penghuni rumah.Â
"Orang tidak dikenal keluar dari dalam rumah sambil membawa tas ransel keluar rumah," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera terkait Bom Bangil, Kamis (5/7/2018).Â
Warga sudah berusaha mencegat pria tersebut. Bahkan ada yang menembakkan senapan angin ke arahnya. Namun, upaya itu gagal. Ia justru mengancam warga, dengan mengaku bahwa ia membawa bom.Â
"Petugas kepolisian mengejar ke arah barat yang kemudian terdengar suara ledakan yang ketiga dari jalan kampung," kata Frans Barung. Hingga berita ini diturunkan, pria yang kabur membawa motor tersebut belum ditemukan.Â
Sementara itu, di dalam rumah ditemukan seorang bocah dalam kondisi terluka parah di bagian kaki dan kepala. Ia diduga anak pasangan yang menempati rumah kontrakan tersebut.Â
"Anak ini berusia 6 tahun. Dia adalah korban, bukan pelaku," ucap Kabid Humas Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera.
Sementara, perempuan yang berada di dalam kontrakan, diduga istri pelaku juga diamankan petugas. Wanita itu berinisial DR, kelahiran Sidoarjo 16 Juni 1978, warga Desa Gempeng, Bangil, Pasuruan.
Mengaku Membawa Bom
Pelaku gagal ditangkap. Ia lolos setelah mengaku membawa bom. Ia juga sempat melempar bom ke seorang anggota polisi yang ada di lokasi kejadian hingga memicu ledakan yang disertai kepulan asap.Â
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, pria berinisial A itu melarikan diri dalam kondisi luka.Â
"Kan dia ada di tempat ledakan. Jadi ikut terluka. Tapi anaknya lebih dekat lagi dengan pusat ledakan, sehingga lebih parah," ujar Frans ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis, 5 Juli 2018.
Lokasi kejadian saat ini sudah ditutup dan disterilkan. Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sejumlah benda berbahaya yang biasa digunakan sebagai penambah kekuatan bom, seperti paku dan gotri. "Petugas juga menemukan buku bertema jihad," kata Frans.
Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad Iqbal mengatakan, bom di Bangil, Pasuruan berdaya ledak rendah. "Bahan peledak diduga low explosive," ujar dia.
Ditemui secara terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengaku, pihaknya masih mendalami ledakan bom Bangil, Pasuruan. Saat ini, BNPT masih menunggu laporan Densus 88 Antiteror terkait insiden tersebut.
"Ya, sedang didalami, saya juga sudah dapat laporannya. Sedang didalami, nanti tunggu teman-teman dari Densus 88," ujar Suhardi Alius di Pondok Indah Golf Course Jakarta Selatan, Kamis petang.
Pihaknya akan mendalami apakah tragedi tersebut terkait jaringan teror di Surabaya. "Setelah kepegang (data) dulu baru kita buka jaringan. Kita belum update, saya minta kepada tim bisa mendeteksi lebih awal," ucap Suhardi.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung mengimbau agar warga Jatim tidak panik dan tetap siaga. Pihaknya pun meminta jika warga melihat atau bertemu dengan pelaku segera melapor ke polisi.Â
"Mohon bantuan infonya, Mohon doanya juga ya, " kata Frans.
Dari dokumentasi yang diterima Liputan6.com, pelaku A diketahui berperawakan kurus dan memakai jaket warna abu-abu dan celana panjang warna krem. Pelaku hanya mengenakan sandal.
"Mohon bantuan infonya," Frans menegaskan.
Â
Saksikan video terkait ledakan bom di Bangil Pasuruan berikut ini:
Serangan Teror Belum Usai?
Ledakan bom yang terjadi di Bangil, Pasuruan menimbulkan tanda tanya besar. Sebab, kejadian terkait teror pernah terjadi di dua kota di Jawa Timur, yakni Surabaya dan Sidoarjo.Â
Bom meledak tiga gereja di Surabaya pada 13 Mei 2018, malamnya sebuah bahan peledak rakitan menghancurkan sebuah unit rusun di Sidoarjo. Tak hanya itu, bom bunuh diri kembali meledak di Mapolresta Surabaya pada 14 Mei 2018.Â
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung mengatakan, masih terlalu dini untuk mengaitkan insiden di Bangil, Pasuruan dengan kejadian terkait teror di Surabaya dan Sidoarjo.Â
"(Soal kaitan) nanti Densus yang menyimpulkan," kata Kombes Frans kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis (5/7/2018) malam. Ia menyebut, hasil olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi di lokasi jadi bahan penting dalam penyelidikan.Â
Frans menambahkan, saat ini pihaknya fokus mengejar pelaku berinisial A. Pelaku sudah masuk radar tim Densus. "Mohon doanya ya," imbuh dia.
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar menduga, ledakan bom di Pasuruan juga ada kaitannya dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok tersebut diketahui cukup aktif di Jawa Timur.
Dia mengatakan, ada alasan mengapa JAD memilih bergerak di Jatim. Salah satunya pengikut paham takfir wal jihad banyak di Jawa Timur.Â
Dia pun membenarkan, ledakan bom di Bangil, Pasuruan merupakan sinyal waspada bahwa teroris mulai bergerak lagi. "Iya. Benar sekali," kata dia kepada Liputan6.com.
Sementara, Pengamat Teroris dari Universitas Indonesia Ridwan Habib menduga, KTP yang ditemukan di lokasi kejadian adalah palsu. Ia mengatakan, pelaku memiliki 3 kartu identitas yaitu dari Aceh, Bogor, dan Pandeglang. Namanya pun beda-beda.Â
"Artinya mereka mencari tempat aman yang kira-kira tidak dicurigai," kata Ridwan saat dihubungi Liputan6.com.
Dia menduga, pemilihan lokasi Pasuruan ada korelasi dengan istrinya yang berasal dari kawasan tersebut.
"Ini menunjukkan aksi teroris ini masih ada, dan bersembunyi. Mereka membawa juga bom dan bersenjata. Karena itu kesadaran masyarakat tidak boleh berkurang, RT dan RW tidak boleh kendor," kata Ridwan.
Dia mengatakan, teror akan terjadi terus, karena terorisme berdasarkan basis ideologi. Dengan basis ideologi, terorisme masih berkembang walau penganjur mati atau mendapat vonis mati.
"Tidak ada berdampak. Akan ada kader baru yang meneruskan ceramah, perekrutan kader, ini memang ideiologi tetap akan hidup. Jadi masih ada," kata dia.
Dia mengatakan, ledakan bom di Pasuruan, kemungkinan besar terkait dengan aksi teror bom di Surabaya. Alasannya, terkait kepemilikan bom dan dari sisi lokasi juga masih dekat. "Saya yakin ini bukan tindakan penyerangan, ini ceroboh dan meledak sendiri," Ridwan menandaskan.
Â
Advertisement
Situbondo Siaga
Perburuan pelaku bom di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, masih terus dilakukan oleh tim Densus 88 Polri. Setiap akses jalan keluar dari wilayah itu dipantau.
Dilansir dari Antara, Kamis (5/7/2018), Satuan Tugas Antiterorisme Polres Situbondo pun melakukan penjagaan di sejumlah lokasi keramaian. Hal itu untuk meminimalisir kemungkinan adanya pelaku berinisial A itu lari ke Situbondo.
"Patroli dan razia oleh tim Satgas Antiterorisme Polres Situbondo ini sebagai bentuk antisipasi dan mempersempit ruang gerak terorisme," kata Kapolres Situbondo, AKBP Awan Hariono.
Awan menambahkan, Satgas Antiterorisme terus berjaga dan berpatroli. Tempat ibadah, area terminal, pusat perbelanjaan dan lokasi parkiran motor jadi lokasi yang dipantau khusus. Di terminal, Polisi juga sempat memeriksa barang bawaan para penumpang.
"Razia ini merespon kejadian di Bangil Pasuruan tadi siang. Kita mengantisipasi pelaku kabur ke arah Situbondo. Apalagi Situbondo miliki Jalur Pantura sepanjang sekitar 110 kilometer, dan ketika terjadi sesuatu akan menjadi perhatian publik dan karena itu kami optimalkan mengantisipasi serta mempersempit ruang gerak terorisme," beber Awan.
Kemudian, jajaran Polres Situbondo juga melakukan razia baik di rumah kos dan kontrakan dan Polres setempat meminta seluruh RT/RW memberlakukan tamu lapor 24 jam.
"Kita siaga saja. Ini kita memastikan kondisi aman, tapi tetap siaga," tambah Awan.