Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menyatakan, pemerintah berjanji segera melakukan rehabilitasi pascagempa 7 SR yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemerintah pun menetapkan tanggap darurat.
"Pemerintah berjanji segera merehabilitasi semua itu, tapi terlebih dulu ada tanggap darurat selama dua hingga tiga minggu, dan kita semua, BNPB sudah terjun, TNI juga," kata Wapres Jusuf Kalla usai menghadiri Rapat Pleno Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Dia juga menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan masyarakat sekitar yang terkena dampak langsung dari bencana gempa Lombok.
Advertisement
"Kita semua mengucapkan belasungkawa, simpati kepada korban bencana alam gempa di NTB, khususnya di Lombok Utara. Semoga arwah para korban meninggal diterima Allah SWT," kata dia seperti dilansir Antara.
Gempa bumi berkekuatan 7 pada skala Richter mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu 5 Agustus 2018 pukul 18.46 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami.
Episenter gempa bumi berada di 8.37 Lintang Selatan, 116.48 Bujur Timur dengan kedalaman 15 kilometer. Kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut dirasakan oleh masyarakat di sekitar NTB dan Bali.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
98 Korban Meninggal
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, korban meninggal akibat gempa Lombok 7 SR pada Minggu 5 Agustus 2018 bertambah. Ada tujuh korban jiwa baru ditemukan di wilayah Lombok Barat.
"Sehingga total saat ini 98 korban meninggal dunia. 96 berasal dari Lombok dan 2 di Bali, semua terdata warga Indonesia," kata Kepala Pusat Data Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Senin (6/8/2018).
Terkait korban luka gempa Lombok, data terbaru sore ini mencatat ada 236 orang. Sementara itu, jumlah pengungsi total diperkirakan sebanyak 200 ribu jiwa.
"Jumlah ini masih diperbaharui terus, karena masih ada wilayah yang belum terjangkau aksesnya, seperti di Lombok Utara yang berbukit-bukit," jelas Sutopo.
Advertisement