Liputan6.com, Jakarta - Setelah aksi pembantaian yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua pada 31 pekerja proyek jalan dan jembatan Trans Papua, kondisi Kabupaten Nduga masih mencekam.
Hingga kini jenazah para korban keganasan kelompok separatis tersebut masih berada di lokasi pembunuhan, yaitu di Kali igi dan Aurak, Distrik Yigi. Medan serta akses jalan yang sulit diduga menjadi salah satu penyebab tim gabungan TNI-Polri belum bisa mendekat ke TKP.
Terkait hal ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sempat menyarankan agar tim gabungan menggunakan alat bantu, seperti helikopter dan pesawat.
Advertisement
"Saya akan bicarakan dulu. Enggak bisa, kan, saya bicara sendiri di sini," ucapnya.
Banyak pihak yang menyesalkan peristiwa ini terjadi. Terlebih para korban merupakan putra-putra terbaik daerah yang tengah membangun di tanah Papua.
"Ini diduga diberondong KKB hingga menyebabkan meninggal dunia. Dan kebanyakan juga korban adalah masyarakat Papua. Saudara kita Papua diberondong, motifnya belum jelas," kata Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal, Rabu (5/12/2018).
Belum lama ini, sejumlah fakta berhasil terkuak, salah satunya perihal siapa para pelaku penembakan 31 pekerja di Trans Papua:
1. Pelaku Pembantaian Teridentifikasi
Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal mengklaim pihaknya berhasil mengidentifikasi beberapa kelompok separatis di Papua yang diduga terlibat pembunuhan pekerja proyek pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.
"Sudah teridentifikasi beberapa kelompok, tinggal mengerucut apakah benar kelompok ini atau tidak," ujar Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Namun, Iqbal enggan mengungkapkan identitas kelompok-kelompok di Papua yang dicurigai tersebut.
Advertisement
2. Kelompok Egianus Kogoya
Sementara itu, Egianus Kogoya diduga menjadi dalang pembunuhan puluhan pekerja PT Istaka Karya, pada Sabtu, 1 Desember dan Minggu, 2 Desember 2018. Hal ini diungkap oleh Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf. Muhammad Aidi di Jakarta, Selasa kemarin.
Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya ini menggunakan senjata api ilegal.
"Jumlahnya secara pasti kita belum tahu. Itu yang belum kita dapatkan informasi berapa kekuatannya dan senjatanya apa saja. Hanya data awal saja, bahwa emang ada di antara mereka itu membawa atau ada kepemilikan senjata secara ilegal," kata Aidi.
3. Senjata Standar Nato
Dari data intelijen senjata yang dimiliki kelompok Egianus Kogoya berasal dari rampasan TNI-Polri dan ada yang dari luar negeri.
"Senjata standar militer dan jumlahnya puluhan. Kan, standar militer, standar NATO," ungkap Aidi.
TNI mengaku tak bisa memastikan asal senjata yang berasal dari luar. Hanya diketahui asal pabrikan saja.
"Asal dari senjata ini kita tidak bisa pastikan dari negara mana, dari daerah mana datangnya. Kalau pabrikannya kita ketahui. Beberapa pabrik senjata di dunia misalnya ada dibuat dari Prancis, Amerika, Rusia, termasuk buatan Pindad sendiri. Tidak semua negara memiliki produksi senjata, tapi semua negara memiliki angkatan bersenjata. Jadi, bisa dari mana saja itu senjata-senjata itu," ucapnya.
Advertisement
4. Motif Pelaku Penembakan
Polisi juga telah berhasil mengidentifkasi di balik motif penembakan yang menewaskan 31 pekarja proyek Trans Papua di Kabupaten Nduga.Â
Motif pertama berawal dari upacara peringatan HUTÂ Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang digelar, Sabtu, 1 Desember 2018. Pekerja diduga merekam dan mengabadikan kegiatan kelomok separatis ini dengan foto.
Takut kegiatannya terpublikasi ke luar dan diketahui pihak aparat, mereka marah dan menembaki para pekerja. Sebelumnya sempat terjadi percekcokan.Â
"Saat itu dia berpikiran semua pekerja di situ membocorkan kegiatan mereka, lantas mereka bantai semuanya," kata Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi.
Motif kedua diduga, pembangunan Trans Papua tersebut menghambat perjuangan KKSB.Â
"Otomatis dengan masyarakat yang merasakan dampak dari pembangunan tersebut makin sejahtera. Dengan begitu mereka merasa bahwa akan makin banyak masyarakat yang pro terhadap NKRI. Mereka merasa terhambat perjuangannya dan menteror masyarakat yang ada di sana," tambahnya.Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: