Ekslusivisme Beragama dan Ujaran Kebencian Jadi Bahasan Forum Titik Temu

Forum ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa masalah terbesar kita adalah kebencian, bukan karena perbedaan.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Apr 2019, 14:10 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2019, 14:10 WIB
Forum Titik Temu
Nurcholish Madjid Society, Maarif Institute, Wahid Foundation, Jaringan Gusdurian, dan Yayasan Terang Surabaya menggelar Forum Titik Temu di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu, 10 April 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Nurcholish Madjid Society, Maarif Institute, Wahid Foundation, Jaringan Gusdurian, dan Yayasan Terang Surabaya menggelar Forum Titik Temu di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu, 10 April 2019. Pembahasan yang diangkat terkait menguatnya intoleransi, ekslusivisme dalam beragama, dan ujarang kebencian yang menguat.

"Forum ini lahir karena adanya keprihatinan kami bersama, baik sebagai bangsa Indonesia maupun sebagai warga dunia. Keprihatinan atas situasi intoleransi, eksklusivisme dalam beragama, terorisme, ujaran kebencian, merebaknya hoax dan fitnah, serta politik aliran yang makin menguat," kata Muhamad Wahyuni Nafis, Ketua Nurcholish Madjid Society dalam pembukaan Forum Titik Temu.

Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian, Alissa Wahid, mengatakan forum ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa masalah terbesar kita adalah kebencian, bukan karena perbedaan.

"Di era dunia mengglobal ini, kita tak dapat menghindari keberagaman dalam hidup bersama. Kebencian antar kelompok akan membawa kehancuran, dan harus kita atasi dengan membangun jembatan-jembatan persaudaraan, dengan terus memupuk kepercayaan dan toleransi antar sesama. Selalu ada ruang hidup bersama dalam persatuan dan kedamaian," kata Alissa Wahid.

Forum Titik Temu menekankan pentingnya usaha-usaha memperkuat lembaga-lembaga pendidikan dan mendorong mereka untuk mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, budaya saling menghormati, kebebasan tanpa perbedaan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dihadiri Sejumlah Tokoh

Acara yang mengangkat tajuk "Persaudaraan Insani, Hidup Damai, dan Hidup Berdampingan" itu diawali dengan pembacaan Dokumen Persaudaraan Manusia, yakni sebuah dokumen yang dihasilkan dari pertemuan antara Imam Besar Al Azhar, Sayyed Ahmed al Thayeb dengan Pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus, serta sekitar 400 tokoh agama-agama di dunia pada 4 Februari 2019, di Abu Dhabi, Dubai.

Forum itu juga menghadirkan sejumlah tokoh untuk menyampaikan pesan perdamaian, seperti Tokoh Muhammadiyah dan Pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif, tokoh agama perempuan yang juga istri almarhum KH Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, dan tokoh perempuan yang juga istri almarhum Nurcholish Madjid, Omi Komaria Madjid.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya