Data dan Inovasi, 2 Jurus Penting Revolusi Pertanian di Era Industri 4.0

Data dan inovasi diyakini dapat memodernisasikan pertanian menuju agriculture 4.0 Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2019, 20:35 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2019, 20:35 WIB
dialog selasa nasdem
Dialog Selasa politikus milenial Nasdem.

Liputan6.com, Jakarta - Masuknya politikus muda ke Partai Nasdem membawa angin segar, khususnya pada momentum revolusi industri 4.0 di bidang pertanian. Salah satu politikus milenial Nasdem, Arkanata Akram menilai, ada dua langkah agar pertanian Indonesia memulai revolusinya.

Anggota terpilih DPR periode 2019-2024 dari Kalimantan Utara itu menjelaskan, dua hal yang dimaksud adalah inovasi dan data. Kedua hal tersebut diyakini dapat memodernisasikan pertanian menuju agriculture 4.0 Indonesia.

"Dengan data yang lengkap dan komprehensif, agar bisa dipetakan lahan-lahan pertanian rakyat yang kecil-kecil dan terpencar. Dengan begitu, kita bisa mengetahui kebutuhan alat industri pertanian apa yang sebenarnya didambakan petani-petani rakyat serta mengetahui potensi yang ada," jelas Arkananta dalam diskusi di Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Arka, demikian dia akrab disapa, juga menjelaskan tentang mekanisme pengumpulan data. Menurutnya Indonesia dapat memaksimalkan peran Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga pemerintahan nonkementerian.

"Kita ingin data pertanian, di situ ada semua, terutama mengenai pangan seperti produksi dan kebutuhan konsumsi beras, jagung, kentang, dan sebagainya. Akan tetapi, era industri 4.0 saat ini tidak hanya mengharapkan kita untuk dapat mengumpulkan data, tetapi juga menganalisa data," paparnya.

Arka mencontohkan konektivitas bisa dimulai dengan memanfaatkan Big Data, Data Analysis, Data Storage, dll untuk Industri 4.0. Setelah itu dilakukan konektivitas antara data yang telah terhimpun, agar mengetahui bagian mana yang harus ditingkatkan.

"Misalnya, kalau kita melihat dari data BPS, kebutuhan beras kita meningkat dari tahun 2014 sampai 2016, tetapi ketika di tahun 2017 dan 2018, malah terjadi penurunan padahal jumlah penduduk meningkat. Pertanyaannya mengapa? Nah di sinilah kita membutuhkan Big Data supaya bisa mencari sumber permasalahannya dan merumuskan solusi terbaik," jelasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya