Liputan6.com, Jakarta - Lebaran Ketupat, tradisi unik masyarakat Jawa khususnya umat Muslim, dirayakan tujuh hari setelah Idul Fitri, tepatnya 8 Syawal. Tahun ini, Lebaran Ketupat jatuh pada hari Senin, 7 April 2025, sepekan setelah Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada 31 Maret 2025.
Perayaan ini bukan hanya sekadar menikmati hidangan ketupat, tetapi juga memiliki makna spiritual dan sosial yang dalam, memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat.
Baca Juga
Tradisi Lebaran Ketupat, juga dikenal sebagai Riyoyo Kupat atau Kupatan, merupakan perpaduan unik antara syiar Islam dan budaya lokal Jawa. Berbeda dengan Idul Fitri yang merupakan ibadah di tanggal 1 Syawal, Lebaran Ketupat menekankan kebersamaan dan rasa syukur setelah menjalani ibadah puasa Ramadan.
Advertisement
Perayaannya melibatkan berbagai ritual dan kegiatan yang sarat makna, berkembang dari tradisi sederhana menjadi momentum penting yang dinantikan setiap tahunnya.
Makna filosofis Lebaran Ketupat sangat kaya. Ketupat sendiri melambangkan proses penyempurnaan diri setelah Ramadan. Anyaman ketupat yang terbungkus rapih kemudian disantap setelah dikupas, melambangkan proses membersihkan diri dari dosa dan kesalahan selama setahun.
Perayaan ini juga menjadi momen mempererat silaturahmi, menanamkan nilai-nilai kebersamaan, dan mengingatkan akan pentingnya saling memaafkan.
Sejarah dan Makna Filosofis Lebaran Ketupat
Sejarah Lebaran Ketupat terkait erat dengan penyebaran agama Islam di Jawa. Tradisi ini diperkirakan berkembang seiring dengan usaha para Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang arif dan bijaksana, menggabungkan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal.
Salah satu tokoh yang dikaitkan dengan tradisi ini adalah Sunan Kalijaga, yang dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang santun dan penuh hikmah.
Makna filosofis ketupat dalam Lebaran Ketupat berkaitan dengan falsafah Jawa. Bentuk ketupat yang segi empat melambangkan empat unsur kehidupan yaitu tanah, air, udara, dan api.
Proses memasak ketupat yang membutuhkan waktu dan kesabaran melambangkan proses perjalanan spiritual menuju kesempurnaan. Penggunaan daun kelapa muda sebagai pembungkus ketupat melambangkan kesucian dan kesederhanaan.
Selain itu, proses mengupas ketupat sebelum dimakan juga melambangkan proses membersihkan diri dari hal-hal negatif, siap untuk memulai lembaran baru yang lebih baik. Pembagian ketupat kepada keluarga dan tetangga merupakan wujud dari silaturahmi dan berbagi kebahagiaan.
Advertisement
Tradisi Unik Lebaran Ketupat di Berbagai Daerah
Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya dirayakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Lombok, misalnya, perayaan ini dikenal sebagai Lebaran Topat. Masyarakat Sasak merayakannya dengan tradisi ziarah kubur dan festival ketupat, diramaikan dengan berbagai permainan tradisional dan pertunjukan seni. Meskipun namanya berbeda, inti perayaan tetap sama: mengingatkan akan pentingnya refleksi diri, silaturahmi, dan rasa syukur.
Di berbagai daerah di Jawa, masyarakat memasak ketupat secara besar-besaran dan membagikannya kepada keluarga dan tetangga. Acara selamatan dan doa bersama sering dilakukan di rumah-rumah atau masjid. Hal ini menunjukkan betapa Lebaran Ketupat menjadi momen penting bagi seluruh anggota masyarakat, memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antar sesama.
Di beberapa daerah, ada juga tradisi unik lainnya yang menyertai perayaan Lebaran Ketupat, seperti pertunjukan wayang kulit, seni tari tradisional, atau permainan rakyat. Semua ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan menarik untuk dipelajari.
Â
