Hendropriyono: Penusukan Wiranto Upaya Percobaan Pembunuhan Politik

Hendro menilai, pemerintah bisa menetapkan status keadaan daruratusai tragegi penusukan Menko Polhukam Wiranto.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2019, 18:49 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2019, 18:49 WIB
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono di The Darmawangsa, Jakarta, Jumat (21/6/2019). (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono di The Darmawangsa, Jakarta, Jumat (21/6/2019). (Liputan6.com/Nanda Perdana Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono menilai ada motif lain selain aksi terorisme dalam insiden penyerangan Menko Polhukam Wiranto. Menurut dia, tak menutup kemungkinan ada motif politik dalam kejadian tersebut.

"Serangan fisik terhadap Menko Polhukam merupakan percobaan pembunuhan politik (political assassination)," ungkap Hendropriyono kepada wartawan, Sabtu, 12 Oktober 2019.

Menurutnya, Insiden penusukan terhadap Wiranto dinilainya sudah membahayakan negara. Apalagi, kata Hendropriyono, peristiwa itu seperti berentetan dengan demo-demo belakangan ini yang berujung anarki.

"Keadaan yang khusus ini bergejala membahayakan keamanan negara, karena diikuti dengan adanya ancaman kerusuhan (demo massa yang diduga anarkistis lagi)," kata mantan Ketum PKPI itu.

Karena itu, dia menganggap, potensi ancaman pasca-penyerangan Wiranto sebagai sebuah hal nyata yang harus diwaspadai pemerintah.

"Ini merupakan indikasi potensi ancaman yg sistemik dan laten, terhadap keselamatan negara bangsa Indonesia. Ini bisa menyemangati agar semakin banyk teroris yang bisa lahir, baik secara sporadis maupun terkoordinasi," ucap dia. 

Hendro pun menganggap pemerintah, kata Hendropriyono juga bisa menetapkan status keadaan darurat dengan adanya kondisi seperti saat ini.

"Sitkon (situasi kondisi) kini sudah cukup menjadi dasar untuk dapat menyatakan keadaan kita dalam darurat sipil," tegas Hendropriyono.

Sebelumnya, Menko polhukam Wiranto ditusuk oleh Abu Rara, yang merupakan anggota jaringan teroris kelompok JAD Bekasi. Wiranto ditusuk saat sedang melakukan kunjungan kerja di Pandeglang, Banten, pada Kamis, 10 Oktober 2019.

Wiranto mengalami luka tusuk di perut akibat peristiwa itu, ada dua luka tusukan di perut Wiranto. Selain Wiranto, ada tiga orang lain yang mengalami luka tusuk, yaitu Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, seorang bernama Fuad, dan ajudan Danrem. Polisi telah menangkap Abu Rara dan istrinya, Fitria.

Wiranto saat ini sedang masa pemulihan setelah dioperasi di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya