Liputan6.com, Jakarta - Abdul Basith, dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB), kini telah menjadi tersangka. Penetapan tersangka karena AB diduga menjadi pemasok bom molotov saat aksi Mujahid 212, Sabtu, 28 September 2019.
Tidak hanya sebagai pemasok, dia pun juga memproduksi dengan dibantu rekannya berinisial S alias L.
Lewat L dan OS yang bertugas mencari dana untuk eksekutor di lapangan, mereka merekrut JAF, AL, NAD, dan SAM, YF, ALI dan FEB.
Advertisement
Kepada polisi, Abdul Basith juga mengaku berencana meledakkan bom-bom itu di sejumlah titik di Jakarta jelang pelantikan presiden dan wakil presiden, Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin.
Bahkan belakangan, sebuah fakta baru lainnya terungkap. Bom-bom molotov hasil produksinya tersebut akan digunakan untuk meledakkan gerai Indomaret di Jakarta.
Berikut fakta baru aksi teror Abdul Basith, dosen nonaktif IPB:
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Terlibat Kerusuhan di Pejompongan Saat Demo 24 September
Abdul Basith yang merupakan dosen nonaktif IPB disebut mendompleng aksi demo atau unjuk rasa menggunakan bom molotov. Aksi demo di sekitar Gedung DPR, Senayan pada 24 September 2019 itu berujung rusuh di sejumlah lokasi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, Abdul Basith merencanakan aksi tersebut di rumah salah satu tersangka, yakni SN, di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, bersama tersangka lainnya SS, SO, AB, dan YD pada 20 September 2019.
"Pada rapat di Ciputat itu sudah terjadi permufakatan untuk membuat suatu kejahatan, yaitu mendompleng unjuk rasa tanggal 24 September, yaitu untuk membuat chaos (kerusuhan), pembakaran," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jumat 18 Oktober 2019.
Dalam pertemuan itu, kata Argo, para tersangka telah membagi perannya mulai dari perencanaan, pembuatan molotov, hingga eksekusi.
Lalu, memasuki tanggal 23 September 2019, tersangka YD sepakat untuk membuat bom molotov yang rencananya diledakkan pada 24 September 2019. YD melaporkan rencana pembuatan bom molotov itu kepada Abdul Basith.
Sesuai rencana, bom molotov yang telah disiapkan diledakkan saat kerusuhan pecah di sekitar flyover Pejompongan, Jakarta Pusat pada 24 September 2019 sekitar pukul 21.00Â WIB.
Tujuh bom molotov yang akan diledakkan di Pejompongan tersebut dibagikan kepada tersangka ADR, KSM, dan YD. Saat ini, polisi sedang memburu keberadaan tersangka KSM.
Advertisement
Ledakkan Indomaret Seluruh Jakarta
Belum puas melakukan aksi pelemparan bom molotov di Pejompongan saat aksi ujuk rasa mahasiswa yang berakhir ricuh, Abdul Basith merencanakan pengeboman pada aksi mujahid 212.
Usai aksi pada 24 September 2019, mereka menggelar rapat di rumah tersangka SO di kawasan Tangerang. Dalam pertemuan tersebut mereka berencana membuat bom rakitan sampai penentuan eksekutor ledakan yang dihadiri tersangka SO, SN, DMR, JA, dan AK.
Dalam pertemuan itu, ada juga Abdul, YD, dan Laode S di sana. Namun, polisi langsung menyergap mereka pasca pertemuan.
Setelah melakukan pemeriksaan secara mendalam, ternyata mereka telah melakukan perencanaan untuk mengebom ritel Indomaret di seluruh Jakarta pada 28 September 2019.
"Mau ledakkan ritel Indomaret," kata Kasubdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Dwiasi Wiyatputera.
Bom Rakitan Miliki Daya Ledak hingga 30 Meter
Sebanyak 28 bom rakitan berhasil diamankan polisi saat menangkap dosen nonaktif IPB itu di Jalan Maulana Hasanudin, Kecamatan Cipondoh, Tangerang Kota, Sabtu, 28 September 2019, pukul 01.00 WIB.
Kepala Urusan (Kaur) Peledak Puslabfor Mabes Polri Kompol Heri Yandi mengatakan, 28 bom rakitan itu memiliki daya ledak hingga 30 meter. Bom rakitan itu menggunakan bahan peledak merica, paku, dan deterjen.
"(Bom rakitan) diuji coba diledakkan, kerusakannya cukup kuat, bisa jarak 30 meter," kata Heri di Polda Metro Jaya, Jumat (18/10/2019).
Saat itu, polisi menemukan sejumlah komponen untuk membuat bom rakitan seperti deterjen, serbuk korek api yang telah dihaluskan, dan merica.
Heri menjelaskan, merica yang digunakannya itu dapat menimbulkan efek yang dapat merusak pada mata orang-orang yang berada di sekitar lokasi peledakan.
"Merica sifatnya pedas dengan harapan (saat diledakkan) asapnya bisa melukai mata. Ada juga (barang bukti) paku yang dililit di luar wadah botol, dilakban, dan kalau meledak bisa melukai orang di sekitar kejadian," jelasnya.
Advertisement