Kagama Gelar Seminar Kesiapan SDM Indonesia Hadapi Revolusi Industri 4.0

Menurut Ari, diperlukan usaha-usaha luar biasa untuk memacu tingkat inovasi nasional, baik pada input maupun output.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Nov 2019, 11:04 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2019, 11:04 WIB
20151009-Ari Dwipayana
Ari Dwipayana resmi menjadi Tim Komunikasi Presiden gantikan Teten.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kagama kembali menggelar Seminar Nasional Pra-Munas putaran kelima dengan mengusung tema Kesiapan SDM Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Roadmap Pembangunan SDM Indonesia. Seminar diselenggarakan hari ini, Kamis 14 November 2019 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali.

Sekretaris Jenderal PP Kagama, AAGN Ari Dwipayana mengatakan bahwa Kagama ingin menghimpun gagasan tentang bagaimana peta jalan pembangunan SDM Indonesia dalam menghadapi tantangan zaman, yang ditandai oleh kemajuan teknologi informasi.

"Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah dan bangsa Indonesia dewasa ini adalah bagaimana mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu menggerakkan dan memanfaatkan teknologi revolusi industri 4.0 dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, daya saing, dan kesejahteraan sosial," papar Ari dalam keterangan tertulis, Kamis (14/11/2019).

Bercermin pada data World Economic Forum dan peringkat Indonesia di Global Innovation Indeks (GII) 2019, dia mengatakan bahwa posisi Indonesia tertinggal jauh. Menurut Ari, diperlukan usaha-usaha luar biasa untuk memacu tingkat inovasi nasional, baik pada input maupun output.

"Penting dan urgen untuk menaruh perhatian pada sektor pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kewirausahaan, selain pembenahan-pembenahan struktural pada ekosistem politik, riset dan reproduksi pengetahuan, ekonomi, penegakan hukum, dan keuangan," jelas Ari.

Dia menjelaskan, di bidang pendidikan survei terbaru pada 2015 Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang menunjukkan literasi peserta didik usia 15 tahun (diukur dari kemampuan membaca) tergolong rendah.

Dijelaskan, skor rata-rata anak didik Indonesia hanya 403 untuk sains (dari rata-rata skor anak didik negara yang diteliti 493), 397 untuk membaca (rata-rata 493) dan 386 untuk matematika (rata-rata 490).

Sementara dari Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2016 presentase pencapaian siswa yang masih kurang ada pada bidang matematika sekitar 77,13 persen, kurang di bidang kemampuan membaca sekitar 46,83 persen, dan kurang di bidang sains 73,61 persen.

Ada lagi di bidang kewirausahaan, dibandingkan jumlah penduduk, jumlah wirausaha di Indonesia masih kecil.

"Dengan patokan di negara-negara yang lebih maju jumlah yang wirausahawan berkisar 14 persen, kita tahun 2018 baru 3.1 persen. Dengan jumlah penduduk yang telah di atas 250 juta, dibutuhkan setidaknya 40 juta pengusaha," jelas Ari.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Masih Ada Kendala

Merujuk pada laporan World Economic Forum (WEF) 2016, dunia industri sedang beralih menggunakan rekayasa inteligen, mesin belajar, transportasi otomatis, dan robotik pintar yang akan mendominasi proses produksi pada 2020.

"Beberapa industri menjadikan teknologi cloud dan mobile internet sebagai fokus model bisnis mereka di masa depan, disusul teknologi pemrosesan data dan penggunaan big data ke dalam proses produksi," tegas dia.

Namun, dalam implementasinya masih ditemui kendala. Komitmen pemerintah itu masih terfragmentasi antar-kementerian dan antar badan pembinaan sektoral.

"Masih diperlukan konvergensi rencana, kebijakan dan aksi antar pihak untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan, termasuk kewirausahaan sosial, di Indonesia,"jelas Ari.

Beberapa faktor penentu revolusi industri 4.0, khususnya pada pengembangan SDM ini menghadapi tantangan pelik. Sektor pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan yang menjadi penggerak kemajuan bangsa di bidang industri, jasa, dan perdagangan, menghadapi tantangan yang tidak sederhana.

"Padahal keempat sektor tersebut akan menentukan dinamika sektor-sektor tradisonal seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan kerajinan. Tantangan yang dihadapi adalah nyata dan tidak ringan,"tegas Ari.

Demi mempertajam pembahasan isu dan solusi lebih lanjut, Kagama menyelenggarakan Seminar Nasional. Seminar ini digelar dalam rangka menyambut Munas XIII Kagama pada 14-15 November 2019 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur, Bali.

Akan hadir lima narasumber yaitu Panut Mulyono (Rektor UGM), Faisal Basri (Ekonom), Raka Sudewi (Rektor UNUD), Hendri Saparini (Ekonom CORE Indonesia), Adamas Belva Syah Devara (CEO Ruangguru), dengan moderator Brigita Manohara (Presenter TV One).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya