Contoh Bolovia dan Hong Kong, Jokowi minta Aparat Negara Hati-Hati

Khusus untuk TNI, Jokowi mengingatkan agar responsif dalam menangani persoalan sekecil apa pun.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2019, 15:03 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2019, 15:03 WIB
Presiden Jokowi Hadiri Rakornas Indonesia Maju
Presiden Joko Widodo memberikan pidato pada Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). Forum ini untuk mensinergikan program-program pemerintah pusat dengan daerah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kepala daerah dan penegak hukum bersinergi dalam menjalankan tugas. Sinergitas ini penting untuk mendukung agenda strategis bangsa. 

Pesan ini disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forkopimda 2019 di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul City, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019).

"Penting sekali hubungan harmonis di daerah, penting sekali," kata dia.

Hubungan harmonis antara kepala daerah dan penegak hukum, kata Jokowi, bisa meminimalisasi terjadinya konflik horizontal. Selain itu, hubungan baik kedua pihak bisa menciptakan rasa aman di lingkungan masyarakat.

"Kalau ada salah satu dari tadi yang saya sebut tidak rukun, satu saja akan menjadi masalah besar dalam setiap menangani problem-problem yang ada di daerah," ujar dia.

Khusus untuk TNI, Jokowi mengingatkan agar responsif dalam menangani persoalan sekecil apapun. TNI diminta tidak menganggap remeh apabila terdapat indikasi yang bisa merusak keamanan. 

"Melihat sekecil apa pun sebuah peristiwa jangan menggampangkan, karena dunia penuh, negara-negara penuh dengan ketidakpuasan," ucap dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Gelombang Protes Luar Negeri

Eks Gubernur DKI Jakarta ini kemudian mencontohkan gelombang demonstrasi yang terjadi di Hong Kong dan Chile akibat ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah. Lebih dari lima bulan demo di Hong Kong memicu negara tersebut menuju resesi. 

"Di Chile juga sama, urusan kenaikan tarif transport, yang hanya 4 persen, menjadi gelombang demo sehingga efek yang harusnya dilakukan bulan ini dibatalkan. Hati-hati ketidakpuasan seperti ini," kata Jokowi.

"Kemudian di Bolivia, karena sengketa Pemilu yang tidak ditangani secara preventif dengan baik, akhirnya Presiden Evo Morales mundur. Dan contoh-contoh ketidakpuasan di negara lainnya mulai banyak muncul. Hati hati menangani hal yang kecil. Kalau kita tidak bisa antisipasi bisa melebar ke mana-mana," pungkas dia.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya