Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md meminta masyarakat tidak menyebarluaskan gambar aksi pengeboman di Medan, Sumatera. Kata dia, lebih baik masyarakat mengulas soal berita aksi bom bunuh diri tersebut.
"Saya imbau kepada masyarakat tidak usah menshare atau bagi, sebar gambar-gambar yang mengerikan itu. Beritanya saja diulas lah. Gambarnya itu, aduh," kata Mahfud di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Menurutnya, teroris memang menghendaki gambar aksi bom bunuh diri itu tersebar. Karena itu, Mahfud meminta masyarakat tidak menyebarluaskan gambar pengeboman.
Advertisement
"Kalau mau bahas materi tidak apa-apa tapi kalau gambar jangan. Membuat kesan bangsa kita yang beringas dan bar-bar. Nanti pasti akan diungkap," ujarnya.
Terkait program deradikalisasi, tambah Mahfud, harus diperkuat. Sebab sekarang sudah terjadi perluasan subjek pengeboman.
"Kalau dulu teror orang laki-laki dewasa tapi sekarang ada ibu-ibu. Yang Pak Wiranto melibatkan ibu, yang Sidoarjo ibu, Sibolga ibu. Lalu juga melibatkan anak. Yang di Surabaya itu bunuh diri bersama anak. Yang di Pandeglang itu juga melibatkan anaknya. Nah itu berarti kualitasnya semakin meluas, mengerikan lah," kata Mahfud.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pelaku
Polisi telah menemukan identitas pelaku bom bunuh diri Mapolresta Medan. Dia adalah RMN berusia 24 tahun dan merupakan mahasiswa.
"Pelaku lahir di Medan, berstatus pelajar atau mahasiswa, dugaan sementara pelaku melakukan aksi teror lone wolf," kata Karo Penmas Polri Brigjen Dedy Prasetyo di Jakarta, Rabu (13/11/2019).
Meski demikian, polisi masih terus mendalami identitas bomber yang telah dikantongi oleh kepolisian. "Pengembangan nanti sangat ditentukan tim di lapangan," kata Dedy.
Hasil olah tempat kejadian bom bunuh diri, polisi menyita beberapa barang bukti untuk kemudian diperiksa, seperti baterai 9 volt, pelat besi, sejumlah paku dengan beragam ukuran, beberapa irisan kabel besat, dan tombol switch on/off.
"Serta potongan tubuh untuk memperkuat identitas pelaku, dengan mencocokkan DNA pelaku dan akan disandingkan dengan kedua orangtua pelaku," ujar Dedy.
Â
Reporter: Sania Mashabi
Sumber: Merdeka
Advertisement