Liputan6.com, Jakarta - Tujuh nama staf khusus atau stafsus telah dipilih Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Mereka datang dari kalangan milenial yang telah menorehkan banyak prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional hingga mengharumkan negeri.
Siapa sajakah ketujuh staf khusus milenial pilihan Jokowi tersebut? Mereka adalah Adamas Belva Syah Devara, Putri Indahsari Tanjung, Andi Taufan Garuda Putra, dan Ayu Kartika Dewi, Gracia Billy Mambrasar, Angkie Yudistia, serta Aminuddin Maruf.
Ya, dari ketujuh nama di atas, tiga di antarannya merupakan para Srikandi.
Advertisement
Kamis sore, 21 November 2019, Jokowi mengumumkan nama-nama mereka dalam suasana yang penuh keakraban dan santai. Di halaman depan Istana, mereka duduk di bean bag warna-warni.
Di antara tujuh staf khusus baru tersebut, ada sosok Ayu Kartika Dewi, Perumus Gerakan Sabang Merauke. Gerakakan ini kepanjangan dari Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali.
"Keempat, Ayu Kartika Dewi, 36 tahun, tapi kelihatan masih 25 tahun. Adalah salah satu anak memiliki misi mulia merekatkan persatuan di tengah kebhinekaan, menjadi pendiri dan mentor lembaga Sabang Merauke 1000 Anak Bangsa Merantau untuk Kembali," ujar Jokowi, dilansir Antara.
Lantas apa itu Gerakan Sabang Merauke yang diprakarsai oleh Ayu Kartika Dewi?
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Mengenal Gerakan SabangMerauke
SabangMerauke adalah program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan semangat toleransi.
Dalam program ini, anak-anak dari seluruh Indonesia akan tinggal dengan keluarga yang berbeda dan berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda.
Setelah kembali ke daerahnya, mereka diharapkan akan menjadi duta perdamaian di daerah masing-masing.Â
"...karena toleransi tidak bisa hanya diajarkan, toleransi harus dialami dan dirasakan." Begitulah sepenggal kutipan yang dikutip Liputan6.com dari lamam resmi sabangmerauke.id.Â
Perempuan kelahiran Banjarmasin ini mendirikan program SabangMerauke dilatarbelakangi pengalaman saat menjadi guru SD di Maluku Utara. Kerusuhan Ambon-Poso 1999 tengah berlangsung.
Dari sinilah Ayu bersama teman-temannya berinisiatif mendirikan Program SabangMerauke, sekitar 2010-2011.Â
"Saya mendukung SabangMerauke karena saya percaya bahwa toleransi itu tidak bisa hanya dibaca di buku PPKN. Toleransi itu harus dialami, harus dirasakan," tulis dia dikutip dari laman SabangMerauke.id.
Saat ini Ayu menjabat sebagai mentor pada Board of Directors SabangMerauke.
Advertisement
Sederet Beasiswa dari Luar Negeri
Ayu juga merupakan lulusan pascasarjana Duke University Fuqua School of Business, Amerika. Dia berhasil sekolah dan lulus dari universitas tersebut dengan beasiswa Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship. Â
Di usia 27 tahun kariernya terbilang cemerlang. Perempuan berhijab ini juga memegang jabatan Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura.
Sebelumnya, dia sempat mengajar sebagai Pengajar Muda angkatan I Indonesia Mengajar.Â
Perempuan kelahiran Banjarmasin ini juga pernah bekerja sebagai manager di Procter and Gamble Singapore, dan eks staf di Unit Kerja Presiden (UKP4).
Semasa kuliah, ia pernah terpilih sebagai mahasiswa berprestasi peringkat pertama FE Universitas Airlangga dua tahun berturut-turut dan peringkat 4-se Unair pada 2003.
Direktur Pelaksana Indika Foundation
Ayu Kartika Dewi juga merupakan Direktur Pelaksana Indika Foundation. Indika Foundation berfokus pada menciptakan dampak dalam pendidikan perdamaian dan pembangunan karakter.
Dia pun pernah bekerja sebagai Consumer Insight Manager di Procter dan Gamble Asia (kantor Singapura dan Jakarta) selama 5 tahun serta pernah bergabung dengan McKinsey & Co.
Advertisement