DKPP Sebut Sikap Wahyu Setiawan sebagai Pengkhianatan Terhadap Demokrasi

Menurut DKPP, sebagai anggota KPU Republik Indonesia, seharusnya Wahyu Setiawan menjadi contoh dan teladan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2020, 17:53 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2020, 17:53 WIB
Wahyu Setiawan
Komisioner KPU Wahyu Setiawan (rompi tahanan) berjalan keluar seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Rabu (15/1/2020). Wahyu Setiawan diperiksa perdana setelah ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan penerimaan suap penetapan anggota DPR terplih 2019-2020. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dalam sidang putusan perkara pelanggaran etik nomor 01-PKE-DKPP/I/2020 menyebut komisioner KPU Wahyu Setiawan telah bertindak partisan. Sikap ini dinilai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap demokrasi.

"Sikap dan tindakan yang berpihak dan bersifat partisan kepada partai politik tertentu merupakan bentuk pengkhianatan terhadap demokrasi," kata anggota Majelis Sidang DKPP Ida Budhiati, di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (16/1/2020). 

Menurut dia, sebagai anggota KPU Republik Indonesia, seharusnya Wahyu Setiawan menjadi contoh dan teladan dengan menunjukkan sikap penyelenggara yang kredibel dan berintegritas bagi penyelenggara pemilu secara nasional.

"Namun, rangkaian perilaku yang menunjukkan keberpihakan dan bertindak partisan hingga berujung pada penangkapan dan penetapan tersangka dugaan menerima suap meruntuhkan kemandirian, kredibilitas, dan integritas penyelenggara pemilu yang wajib dijaga dan dipertahankan dalam segala situasi apa pun," kata Ida.

Oleh karena itu, Wahyu terbukti melanggar Peraturan DKPP 2 Tahun 2017 tentang pedoman perilaku penyelenggara pemilu dan Peraturan KPU 8 Tahun 2019 soal Tata Kerja KPU.

"Tindakan teradu secara nyata melanggar Pasal 8 Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2017 tentang kode etik dan pedoman perilaku yang berbunyi menghindari pertemuan yang dapat menimbulkan kesan publik adanya pemihakan dengan peserta pemilu," ucap Ida.

Ketentuan tersebut, kata dia, lebih lanjut diterjemahkan dalam Pasal 75 ayat 1 Peraturan KPU Nomor 8 tahun 2019 tentang Tata Kerja KPU yang menegaskan larangan untuk melakukan pertemuan dengan peserta pemilu atau tim kampanye di luar kantor sekretariat sekretariat atau di luar kegiatan kedinasan lainnya.

"Teradu bebas melakukan pertemuan dengan peserta pemilu (di luar kantor)," ujar Ida dalam sidang etik Wahyu Setiawan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Resmi Pecat

Pimpinan DKPP Angkat Bicara Usai Gelar Sidang Etik Wahyu Setiawan
Plt Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Muhammad serta anggota komisioner DKPP, Alfitra Salamm (kiri), Idha Budhiati (dua kiri) dan Teguh Prasetyo (kanan) usai menggelar sidang kode etik kepada Komisioner KPU Wahyu Setiawan di KPK, Jakarta. Rabu (15/1/2020). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Pada sidang pembacaan putusan yang digelar pada Kamis (16/1/2020), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) memberhentikan Wahyu Setiawan sebagai Komisioner KPU.

”Teradu terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku penyelenggara pemilu, berdasarkan pertimbangan tersebut di atas DKPP menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap kepada Wahyu Setiawan selaku anggota komisi pemilihan umum Republik Indonesia sejak putusan dibacakan," kata Ketua Majelis Hakim Muhammad.

Selain itu, putusan DKPP tersebut memerintahkan kepada Badan pengawas Pemilu Republik Indonesia untuk mengawasi pelaksanaan putusan.

"Dan Presiden Republik Indonesia untuk melaksanakan putusan ini paling lambat tujuh hari sejak putusan ini dibacakan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya