Prabowo Ungkap Ada Negara Lain Melanggar di Laut Natuna

Namun, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto merahasiakan negara mana saja yang turut melanggar di laut Natuna.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jan 2020, 19:32 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2020, 19:32 WIB
Prabowo Rapat Perdana DPR
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/11/2019). Rapat perdana Komisi I bersama Menhan Prabowo ini membahas rencana kerja dan anggaran Kementerian Pertahanan Tahun 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto mengatakan, pelanggaran wilayah di laut Natuna tidak hanya dilakukan oleh China. Dia menyebut, ada beberapa negara lain yang melanggar.

Hal tersebut dia sampaikan usai rapat kerja dengan Komisi I DPR. Rapat tersebut membahas tentang Natuna. Kementerian Luar Negeri, Panglima TNI, dan Bakamla juga hadir dalam rapat ini.

"Tapi saya ingin tegaskan lagi di sini, bahwa pelanggaran wilayah tidak hanya terjadi dari satu negara, tapi beberapa negara lain juga melakukan pelanggaran wilayah ke wilayah kita," ujar Prabowo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2020).

Namun, Prabowo merahasiakan negara mana saja yang turut melanggar di laut Natuna. Dia hanya menggunakan istilah beberapa negara.

"Ya saya cukup sebut beberapa negara," ucap Prabowo.

Prabowo juga menyebut, DPR bisa memahami kebutuhan untuk meningkatkan pertahanan TNI. Caranya adalah dengan melakukan modernisasi alutsista.

"Meningkatkan pertahanan tentunya ya kita perlu modernisasi alutsista kita, memperbaiki yang kita punya, supaya kita punya kemampuan, kita menegakan kedaulatan kita," kata Prabowo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut ini:


Tolak Klaim Sepihak

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Gedung Pancasila Kemlu.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Gedung Pancasila Kemlu. (Liputan6.com/Benedikta Miranti T.V)

Sebelumnya, pemerintah Indonesia menolak klaim China atau Tiongkok terhadap wilayah Natuna. Hal ini disampaikan usai rapat koordinasi terbatas di kantor Kemenko Polhukam.

"Indonesia tidak pernah akan mengakui nine dash line, klaim sepihak yang dilakukan oleh Tiongkok yang tidak memiliki alasan hukum yang diakui oleh hukum internasional, terutama UNCLOS 1982," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat 3 Januari 2020.

Dia menuturkan, dalam rapat tersebut, pemerintah memastikan bahwa kapal-kapal China telah melakukan pelanggaran-pelanggaran di wilayah ZEE Indonesia.

Menurut Retno ZEE Indonesia telah ditetapkan oleh hukum internasional yaitu melalui UNCLOS 1982.

"Tiongkok merupakan salah satu party dari UNCLOS 1982. Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi Tiongkok untuk menghormati implementasi dari UNCLOS 1982," ujarnya. 

Dia juga menuturkan, dalam rapat tadi juga disepakati adanya peningkatan patroli di wilayah Natuna.

"Dari rapat tadi juga disepakati beberapa intensifikasi patroli di wilayah tersebut dan juga kegiatan-kegiatan perikanan yang merupakan hak bagi Indonesia untuk mengembangkannya di perairan Natuna," pungkasnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya