Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak kenal musik Tanjidor. Salah satu orkes kesenian khas Betawi ini tak melulu mewarnai setiap HUT DKI Jakarta saja. Mereka pun tak pernah absen mengisi beberapa acara lainnya, semisal perayaan tahun baru Imlek atau Cap Go Meh.
Grup kesenian Tanjidor Sanggar Putra Mayang Cijantung yang dipimpin oleh Sofyan Martadianta Bin Marta turut tampil saat Perayaan Tahun Baru Imlek.Â
"Tahun sebelumnya, kami diminta ikut dalam arak-arakan pawai Cap Go Meh di daerah Bogor," kata Sofyan, Jumat 24 Januari 2020.Â
Advertisement
Merayakan tahun baru Imlek 2571, Sanggar Putra Mayang Cijantung dan sejumlah komunitas seni lainya diminta oleh Pemerintah Provinsi Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengisi acara di beberapa ruang publik.
Adat istiadat budaya Betawi dan China yang diwariskan secara turun-temurun, menjadi alasan Tanjidor wajib hadir pada saat perayaan tahun baru China tersebut.
"Tanjidor kan merupakan akulturasi paduan budaya Betawi dengan Tionghoa. Merupakan kesenian yang kemudian berkembang lebih lanjut," ucap Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spritual Provinsi Jakarta, Hendra Hidayat.
Baca Juga
Kawasan Ruang Publik Taman Spot Budaya II Dukuh Atas di Jalan Sudirman menjadi salah satu spot bagi anggota Sanggar Putra Putra Mayang Cijantung mulai beraksi memainkan orkes khas Betawi.Â
Dengan menggunakan pakaian khas Betawi warna merah marun, kelompok orkes ini memamerkan kesenian Tanjidor. Dari pantauan Liputan6.com, makin kuat embusan suara terompet, makin kencang pula dua pasang ondel-ondel berjoget dan berputar.
Langkah kaki para pejalan pun terhenti. Mereka seakan terhipnotis saat mendengarkan musik khas Betawi ini. Tidak tinggal diam, mereka juga mengabadikan momen tersebut melalui smartphone ataupun kamera digital.
"Bagus ini, untuk memperkenalkan budaya Jakarta dan China ke anak-anak saya," tutur Oriza (37), warga asal Karet Setiabudi.
Tidak hanya itu, para pengemudi yang melintas di Jalan Sudirman ikut memperlambat laju kendaraannya. Mereka mengaku senang dengan adanya hiburan meski membuat lalu lintas menjadi padat.Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tanjidor Sempat Dilarang
Pada masa pemerintahan Sudiro sebagai Wali Kota Jakarta, para pengamen musik rakyat Tanjidor dilarang beroperasi. Larangan ini berlaku pada 1950an, yakni saat masa perayaan Tahun Baru Imlek sampai dengan selesainya Pesta Rakyat Cap Go Meh.
Ketika itu, Sudiro menganggap, mengamen saat perayaan tahun baru China dapat merendahkan martabat orang pribumi.
"Adanya anggapan dapat merendahkan derajat golongan pribumi yang dianggap mengemis kepada orang China yang sedang merayakan tahun barunya," ucap Sudiro yang dikutip dari buku Seni Pertunjukan Kebetawian karya Julianti Parani.
Saat itu, Sudiro mencari solusi dengan pesta rakyat model baru yang diadakan pada Hari Proklamasi, 17 Agustus yang berada di daerah Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Tepatnya di depan Gedung Harmoni.
Pada 2020 ini, Pemprov DKI Jakarta berusaha menghidupkan kembali pesta rakyat tersebut. Tujuannya untuk meningkatkan toleransi umat beragama dengan suasana perayaan pesta rakyat di ruang publik
"Ini adalah budaya kita. Harus jaga dan kembangkan yang kita harus angkat terus," tegas Hendri Hidayat.Â
Â
(Rizki Putra Aslendra)
Advertisement