Pemerintah: Usia Muda Bukan Jaminan Terhindar Covid-19

Yurianto mengatakan, penularan Covid-19 didasari kontak dekat akibat cemaran droplet dari yang sakit ke yang lain dan benda di sekitarnya.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 21 Mar 2020, 17:25 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2020, 17:25 WIB
Istana Beberkan Perkembangan Baru Kasus Corona
Juru Bicara Indonesia untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto memberikan keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (6/3/2020). Mereka yang kontak dekat sudah kami lakukan pemeriksaan dan sedang kita observasi untuk empat orang kita duga kuat positif. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan usia muda bukan jaminan terhindar dari virus corona. Menurutnya, dari data dimiliki saat ini ada juga jumlah penderita positif yang ada di usia muda.

"Data kita miliki dan data global memang pada kelompok usia muda memiliki daya tahan lebih baik ketimbang usia lanjut, namun ini bukan jaminan bila mereka tidak berisiko tertular," kata Yurianto saat jumpa pers di Gedung BNPB Jakarta, Sabtu (21/3/2020).

Karenanya, Yurianto meminta kelompok muda untuk tetap terus memperhatikan gaya hidup bersih dengan senantiasa menjaga jarak aman, mencuci tangan memakai sabun, dan tidak beraktivitas di tempat kerumunan.

"Ini anjuran pemerintah yang harus diperhatikan betul, bagi siapa pun saat ini," tegas dia.

Yurianto mengatakan, penularan Covid-19 didasari kontak dekat akibat cemaran droplet dari yang sakit ke yang lain dan benda di sekitarnya. Kemudian, tidak sengaja disentuh oleh orang yang sehat.

Dan, percikan droplet tersebut, berpindah seperti ke tangan dan tanpa disadari masuk ke saluran pernapasan bila makan tanpa cuci tangan.

"Oleh karena itu saya ingatkan melakukan upaya arahan pemerintah tadi dijaga betul," tandas Yurianto.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hasil Rapid Test Negatif, Tak Beri Garansi Tidak Terinfeksi Covid-19

Achmad Yurianto Sampaikan Pernyataan Resmi Pemerintah Terkait Corona
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto memberikan keterangan di Kantor Staf Presiden, Komplek Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Keterangan terkait isu virus corona serta mengantisipasi informasi hoaks tentang virus tersebut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pemerintah kembali meminta masyarakat untuk melakukan pembatasan komunikasi secara sosial untuk mencegah penularan Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, sosial distancing tetap menjadi pilihan pertama bagi pencegahan penyebaran wabah tersebut.

"Pahami betul, hasil negatif, tidak memberikan garansi bahwa tidak sedang terinfeksi Covid-19," ujar Yuri dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Sabtu (21/3/2020).

Menurut dia, hasil tes negatif tidak memberikan jaminan seseorang tidak sedang sakit. Bisa jadi, gejala infeksi belum muncul saat pemeriksaan dilakukan.

Dia menuturkan, hal ini biasa terjadi pada seseorang yang terinfeksi kurang dari 6 hari. 

"Bisa saja hasil pemeriksaan kini negatif, pada orang yang sudah terinfeksi virus tapi imunitasnya belum muncul. Ini sering terjadi pada infeksi yang di bawah 6 atau 7 hari. Hasilnya pasti negatif," kata Yuri.

Oleh karena itu, pemeriksaan pada orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan terkait Covid-19 ini, akan diulang lagi.

"Akan diulang lagi, untuk 6 hari atau 7 hari kemudian dengan pemeriksaan yang sama. Dan kita menginginkan siapapun meski dalam pemeriksaannya negatif tidak kemudian merasa dirinya sehat. Tetap harus melakukan pembatasan mengatur jarak dalam konteks berkomunikasi secara sosial," ujar Yuri.

Yuri menegaskan, social distancing penting untuk dilakukan semua orang. Sebab, penularan Covid-19 berdasarkan pada kontak dekat karena cemaran orang yang sakit ke yang lain.

Misal, pada saat dia batuk atau bersin, cipratannya menempel di sekitar kemudian disentuh orang sehat. Orang sehat ini lalu memakan sesuatu tanpa cuci tangan, sehingga akhirnya tertular.

"Oleh karena itu, kebijakan terkait dengan mengatur menjaga jarak, mengurangi aktivitas di luar, menghindari kerumunan, dan sebagainya tetap menjadi pilihan yang pertama," ujar Yuri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya