Sekjen MUI Sarankan Bantuan Pemerintah untuk Rakyat Bukan Berupa Barang tapi Uang

Bantuan berupa uang tunai diharapkan dapat menghidupkan ekonomi rakyat.

oleh Yopi Makdori diperbarui 30 Jun 2020, 05:58 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2020, 05:50 WIB
Ustaz Abdul Somad Beri Klarifikasi Terkait Video Ceramahnya
Ustaz Abdul Somad (kanan) dan Sekjen MUI Anwar Abas saat menggelar konpers usai pertemuan di Kantor MUI, Jakarta, Rabu (21/8/2019). Ustaz Abdul Somad diundang MUI untuk klarifikasi atau tabayyun video ceramahnya yang viral karena dianggap menghina salah satu agama. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas turut menyesalkan soal adanya kementerian yang diungkap Presiden Joko Widodo atau Jokowi belum maksimal menyerap anggarannya.

"Hal ini tentu saja sangat kita sesalkan karena akibat dari tindakan tersebut telah memperburuk citra dari pemerintah terutama dalam hal ini adalah presiden karena dampak dari tindakan mereka tersebut telah memperburuk keadaan ekonomi rakyat," jelas Anwar Abbas melalui keterangannya, Senin (29/6/2020).

Abbas menambahkan, bagaimana mungkin ekonomi rakyat bisa didorong bila tidak ada daya beli. Tanpa adanya peningkatan daya beli, maka tentu produktivitas masyarakat tidak akan bisa dipacu.

"Hal ini tentu saja sangat-sangat beliau (Jokowi) sesalkan karena semestinya para pembantu (menteri) beliau tersebut sudah tahu apa yang akan dilakukan, tetapi ternyata tidak demikian. Dan hal ini tentu saja telah membuat sang presiden benar-benar menjadi jengkel," katanya.

Untuk itu, dikatakan Abbas, para menteri hendaknya benar-benar tersentak dengan pernyataan presiden tersebut dan secepatnya melakukan langkah-langkah strategis dan inovatif memperbaiki keadaan ekonomi rakyat. Sehingga daya beli masyarakat diharapkan bisa meningkat.

"Untuk itu agar tujuan tersebut bisa cepat terwujud maka kita harapkan agar bantuan-bantuan dari pemerintah terhadap rakyat miskin tidak diberikan berupa barang, tapi berupa uang," usul Abbas.

Dengan bantuan berupa uang tunai, maka masyarakat bisa berbelanja ke warung-warung kecil di samping atau sekitar rumahnya. Sehingga kehidupan ekonomi dari rakyat kecil benar tertolong.

"Dan itulah yang kita harapkan," tandas Abbas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Jokowi Marahi Menteri

Jokowi Buka Raker Kementerian Perdagangan 2020
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Presiden Jokowi meluapkan kemarahannya kepada para menteri karena dinilai tidak maksimal menangani persoalan akibat pandemi virus corona Covid-19.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyoroti soal penyerapan anggaran di Kementerian Kesehatan. Menurut dia, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp 75 triliun, namun yang dicairkan baru 1,53 persen.

Padahal, anggaran yang dibelanjakan kementerian akan membuat uang beredar di masyarakat semakin banyak dan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.

Selain bidang kesehatan, Jokowi juga menyinggung penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat yang belum maksimal 100 persen. Dia meminta para menterinya bekerja lebih keras untuk membantu pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), hingga industri manufaktur dan padat karya.

"Beri prioritas pada mereka supaya enggak ada PHK. Jangan sudah PHK gede-gedean, duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita," ucap Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya