Liputan6.com, Bogor: Jika pergi ke Kota Bogor, Jawa Barat, keripik talas bisa menjadi pilihan utama buat oleh-oleh. Keripik talas balitung, misalnya, yang makin digemari. Sudah beberapa bulan terakhir, produksi ini terus berkembang di Kota Hujan. Adalah dua alumnus Institut Pertanian Bogor yang pertama kali memulai bisnis penganan renyah itu.
Mumu dan Ali, begitu mereka disapa. Kedua orang ini mengolah talas balitung dengan menggunakan alat hasil rancangan mereka. Mulai dari mesin potong, penggorengan, mesin peniris, sampai mesin pencampur bumbu. Bahkan, lokasi pembuatan pun meminjam sebuah ruangan buat kuliah mandiri milik IPB. Sambil berjalan, mereka terus meneliti kadar talas untuk menghasilkan keripik berkualitas terbaik. "Rasanya hampir menyerupai keripik kentang," kata Mumu.
Mumu menyebutkan, modal awal mereka Rp 35 juta. Sekarang omzet yang telah diperoleh mencapai Rp 7 juta per bulan. Lalu usaha kecil tersebut semakin berkembang. Industri keripik talas mereka mulai masuk pasar di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Lampung dengan total produksi 500 kilogram per bulan. Ali Rahman, pemilik pabrik juga mempekerjakan sepuluh karyawan. Saat ini, mereka sedang bersiap-siap untuk mencari lokasi pabrik baru.(KEN/Esther Mulyanie dan Binsar Rahadian)
Mumu dan Ali, begitu mereka disapa. Kedua orang ini mengolah talas balitung dengan menggunakan alat hasil rancangan mereka. Mulai dari mesin potong, penggorengan, mesin peniris, sampai mesin pencampur bumbu. Bahkan, lokasi pembuatan pun meminjam sebuah ruangan buat kuliah mandiri milik IPB. Sambil berjalan, mereka terus meneliti kadar talas untuk menghasilkan keripik berkualitas terbaik. "Rasanya hampir menyerupai keripik kentang," kata Mumu.
Mumu menyebutkan, modal awal mereka Rp 35 juta. Sekarang omzet yang telah diperoleh mencapai Rp 7 juta per bulan. Lalu usaha kecil tersebut semakin berkembang. Industri keripik talas mereka mulai masuk pasar di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Lampung dengan total produksi 500 kilogram per bulan. Ali Rahman, pemilik pabrik juga mempekerjakan sepuluh karyawan. Saat ini, mereka sedang bersiap-siap untuk mencari lokasi pabrik baru.(KEN/Esther Mulyanie dan Binsar Rahadian)