Menristek: Indeks Daya Saing Inovasi RI Peringkat 85 dari 131 Negara

Menurut Menristek Bambang, kurang tingginya daya saing inovasi di Indonesia juga membuat merosotnya sektor industri manufaktur.

oleh Yopi Makdori diperbarui 02 Okt 2020, 18:06 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2020, 18:06 WIB
Bambang P. S. Brodjonegoro
Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro menyampaikan, kementeriannya tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji, dan minyak kelapa murni untuk COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (3/5/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Ka. BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia perlu meningkatkan indeks inovasi. Pasalnya, hingga saat ini indeks inovasi Indonesia masih berada di posisi 85 dari total 131 negara.

"Indeks daya saing inovasi Indonesia masih berada pada peringkat 85 dari 131 negara, posisi yang masih perlu kita tingkatkan dan menjadi tugas bersama berbagai pihak," kata Menristek Bambang dalam keterangan tulis pada Jumat (2/10/2020).

Bambang menyebut, hal itu lantaran kurang optimalnya penelitian dan pengembangan selama ini. Penelitan dan pengembangan merupakan salah satu tonggak utama tercitanya inovasi.

"Di samping faktor pendidikan, faktor research and development juga masih menjadi penghambat kita menjadi negara yang inovatif," ungkap Menristek.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Industri Manufaktur Merosot

Menurut Bambang, kurang tingginya daya saing inovasi di Indonesia juga membuat merosotnya sektor industri manufaktur. Sektor manufaktur di Indonesia, kata dia masih perlu ditingkatkan secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang kian menipis.

"Meski manufaktur masih mendominasi PDB, tapi porsinya semakin lama, semakin menurun. Urgensi Indonesia untuk memperkuat sektor manufaktur itu sudah terjadi sejak tahun 90-an dengan manufaktur yang sifatnya labor intensive​. Namun setelah krisis finansial Asia, tampaknya manufaktur kita mengalami penurunan daripada kontribusi kepada PDB," urai Bambang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya