Liputan6.com, Jakarta Masa pandemi bukan akhir dari segalanya. Hal itulah yang menjadi prinsip hidup salah satu warga Banyuwangi, Rohimah (45), untuk terus bertahan. Di situasi yang tidak menentu ini Rohimah bersama keluarga justru berinovasi membuka pembudidayaan Anggrek dengan melibatkan warga sekitar.
Usaha travel yang selama ini digeluti Rohimah bersama keluarganya, jatuh terpuruk saat pandemi tiba. Yang biasanya melayani orderan wisata manca negara, kini usahanya mandeg.
Baca Juga
"Kami sebenarnya yakin, bahwa jasa travel suatu saat akan pulih kembali, namun kan roda ekonomi keluarga harus terus berjalan. Maka, kami berputar otak mencari peluang lain," jelas dia.
Advertisement
Mereka pun lalu menjajal pembudidayaan anggrek. Selain karena penggemar anggrek, Rohimah melihat kondisi pandemi yang membuat orang harus banyak tinggal di rumah menjadikan berkebun sebagai salah satu cara orang untuk membunuh waktu luangnya.
"Membudidayakan Anggrek jadi pilhan kami. Selain tanaman yang sedang dicari orang, saya pikir tanaman yang berbunga pasti akan lebih diminati orang. Berbekal hobi merawat anggrek, kami pun lalu bertekad mulai menekuni ini sejak Juni 2020 lalu," kata dia.
Tinggal di lingkungan yang sejuk di kaki Gunung Raung, tepatnya di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu,membududiyakan anggrek sangatlah tepat. Apalagi, Rohimah bersama keluarganya memiliki lahan yang luas di daerah tersebut.
Maka, sejak Juni 2020 mulailah mereka melakukan usaha pembudidayaan. Berbagai jenis Anggrek mulai dikembangkan, seperti dendro, catleya, bulan, tanah dan panda. Juga dikembangkan budidaya anggrek hutan endemis Raung yang jumlahnya mencapai 27 spesies.
Meskipun baru dimulai, namun sudah banyak konsumen yang tertarik dengan angrek-anggreknya. Ada yang membeli bibit hingga yang sudah berbunga. Mereka juga datang dari Lombok, Surabaya dan Jakarta.
Dalam pembudidayaan ini, Rohimah memberdayakan warga sekitar lewat proses pembibitan. Warga dilibatkan untuk perawatan dan pembesaran bibit dalam pot, yang jumlahnya mencapai ribuan pot.
“Kami menitipkan ke warga sekitar untuk pembesaran bibit, nanti kami berikan upah pembesarannya. Mereka juga kami beri kesempatan untuk ikut menjual tanaman anggrek yang ada disini,” terangnya.
Saat ini, kata dia, mereka dibantu laboratorium dari Malang untuk pengembangan varietas anggrek. Menurutnya, ini diperlukan, karena ked depan mereka tidak sekedar melakukan budidaya, namun tempat ini juga akan menjadi pusat edukasi anggrek yang bisa memberikan pengetahuan dan pelatihan budidaya.
Harapan kami, disini jadi tempat rehabilitasi tanaman anggrek hingga menjadi museum anggrek spesies Raung ,”cetusnya.
Ke depan Rohimah memiliki impian untuk menjadikan desanya sebagai kampung anggrek. Dimana setiap rumah bisa menjadi pembudidaya anggrek dan menjulanya kepada konsumen.
“Harapan kami kampung kami ini bisa menjadi sentra anggrek yang menjadi jujugan orang dari manapun untuk mencari anggrek. Sehingga kami semua bisa maju dan sejahtera bersama,” ungkapnya.
Bupati Abdullah Azwar Anas berkesempatan menengok area pembudidayaan anggrek mereka di desa Jambewangi Kecamatan Sempu. Dia mengapresiasi kepada Rohimah keluarga yang tidak menyerah dengan keadaan. Justru mampu berinovasi melalui potensi yang dimilikinya hingga menjadi sumber ekonomi.
“Bu Rohimah ini contoh pelaku usaha yang gigih dan mampu beradaptasi dengan keadaan. Sangat inspiratif untuk ditiru oleh pelaku usaha lainnya yang terdampak pandemi,” ujar Anas.
Anas pun meminta Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi untuk terus melakukan pendampingan. "DInas Pertanian tolong memfasilitasi apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha mereka. Terutama pemasaran produknya," kata Anas.
(*)