Kisah Orang Jujur Berhati Jujur yang Berhasil Mengetuk Pintu Hati Gubernur Ganjar

Ada yang rela menjual handphone untuk memperbaiki sepeda dan ongkos ke Pasuruan, guna mengembalikan dompet yang ditemukan di jalan.

oleh stella maris diperbarui 09 Des 2020, 21:27 WIB
Diterbitkan 09 Des 2020, 20:31 WIB
Pemprov Jateng
Pemprov Jateng.

Liputan6.com, Jakarta Tak sedikit yang menyebut bahwa kejujuran adalah hal langka saat ini. Ketika ada orang jujur, banyak orang menuai apresiasi. Ternyata masih ada orang di dunia ini yang masih hidup dengan kejujuran, di tengah keterbatasan. 

Adalah Mulyadi, pria berusia 45 tahun yang menemukan dompet cokelat di jalanan pada 2018. Mulyadi diketahui berprofesi sebagai seorang pemulung yang biasa mengais rosok di Kartasura Sukoharjo.

Kejujuran Mulyadi ternyata mengetuk hati Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, untuk bertemu dengannya. Selain Mulyadi, Ganjar juga mengundang sejumlah orang yang mengedepankan kejujuran dalam setiap kehidupan.

Ada pemulung, penjual sayur dan gorengan keliling, driver ojek online, karyawan swasta dan masyarakat lainnya. Ya, mereka diundang untuk hadir di rumah dinas Ganjar pada Senin (7/12). Dengan berpakaian sarung dan duduk lesehan, Ganjar mendengarkan kisah-kisah kejujuran dari warganya itu jelang peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) yang diperingati pada 9 Desember.

Kepada Ganjar, Mulyadi menceritakan bahwa kisahnya terjadi pada 2018 lalu, saat ia sedang mengais rosok sambil menambal jalan di Jalan Raya Solo-Semarang. Ketika itu, ia menemukan dompet jatuh berwarna coklat yang didalamnya berisi uang Rp15 juta.

"Kulo tingali enten duite (saya lihat ada uangnya). Kathah pak, lembaran abang (banyak pak, lembaran merah ratusan ribu). Akhire kulo nunggu sing duwe ning pinggir dalan nganti magrib (saya nunggu pemiliknya di pinggir jalan sampai magrib)," kata Mulyadi.

Akhirnya, pemilik dompet itu lanjut Mulyadi datang mencari dompet yang jatuh itu. Setelah bertemu pemiliknya, dompet berisi uang itu langsung dikembalikan Mulyadi.

"Kui dudu nggone kulo (itu bukan punya saya), akeh sing ngomong ngopo ora digawe wae (banyak yang bilang kenapa tidak dipakai), kulo ajrih kalih gusti Allah (saya takut pada Allah)," ucapnya.

Mulyadi yakin bahwa uang yang ditemukannya itu pasti ada pemiliknya. Ia tidak berkeinginan memiliki, karena memang bukanlah haknya. Ia berpikir, nungkin si pemilik uang itu ingin menggunakannya untuk keperluan mendesak.

"Alhamdulillah Gusti Allah mbales, kulo sekeluarga sehat (saya dan keluarga selalu diberikan kesehatan), rejeki lancar, kulo ditulungi wong akeh (saya ditolong orang banyak)" jelasnya.

 

Pemprov Jateng
Pemprov Jateng.

Kisal lain disampaikan Tan Le Hok Fuk atau Kakek Afuk (50). Pemulung asal Solo ini nekat bersepeda Solo-Pasuruan hanya demi mengembalikan dompet kepada pemiliknya. Kepada Ganjar, Kakek Afuk menceritakan awalnya sedang mencari rongsok di jalanan. Ketika itu, ia menemukan dompet berisi STNK dan KTP yang menunjukkan bahwa pemiliknya ada di Pasuruan.

"Dalam hati saya seperti ada yang membisiki, kui balekno, dudu nggonmu (itu dikembalikan, bukan milikmu). Lalu, saya berniat mengembalikan," ucapnya.

Kakek Afuk bahkan rela menjual handphone miliknya untuk memperbaiki sepeda dan ongkos ke Pasuruan. Akhirnya, dompet itu bisa ia kembalikan ke pemiliknya dengan bersepeda ke Pasuruan.

Ganjar juga mendengarkan kisah Widiyanti (33), penjual sayur dan gorengan keliling asal Kebumen. Widiyanti yang saat berjualan menemukan plastik kresek jatuh di jalan dan berisi uang, langsung berusaha mengejar pemiliknya yang menaiki motor. Sayang, dirinya yang hanya bersepeda, tak bisa mengejar.

"Akhirnya saya berikan uang itu ke polisi. Setelah itu diposting di medsos dan orangnya mengambil. Lega saja rasanya, bisa mengembalikan. Saya tahu dia itu penjual ayam, sebagai sama-sama pedagang, saya tahu rasanya cari uang itu susah," jelasnya.

Meski sebenarnya ingin memiliki handphone dan banyak orang yang menyalahkan kenapa uang itu dikembalikan, namun Widiyanti merasa lega bisa berbuat seperti itu.

"Lega saja rasanya. Lagian saya juga takut nemu uang sebanyak itu, mau dipakai itu bukan hak saya. Takut sama Allah," ucapnya.

Selain tiga kisah itu, ada juga kisah driver ojek online bernama Dian Ramadhan asal Purwokerto yang mengembalikan uang kelebihan pembayaran Rp100.000, penghulu asal Klaten bernama Abdurrahman M Bakri yang tidak pernah mau menerima amplop, Ernita Sihono yang lupa membayar pesanan ojek online dan mencari pengemudi sampai ketemu dan kisah Muhsono dan Nur Azizah asal Wonosobo yang mengembalikan handphone serta dompet kepada pemiliknya.

Kepada orang-orang jujur itu, Ganjar memberikan piagam penghargaan sebagai Tokoh Teladan Kejujuran Jawa Tengah. Piagam bertuliskan kalimat 'Balekake Yen Dudu Duweke' itu ditandatangani langsung oleh Ganjar.

"Saya itu mendengar kabar, ada cerita-cerita hebat dari masyarakat kecil yang menginspirasi. Maka, saya ingin mendengar langsung dan mengundang mereka. Banyak cerita bagus tentang kejujuran dan integritas. Saya bangga, nilai-nilai seperti inilah yang ingin kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari sampai pada masyarakat tingkat bawah," katanya.

Ganjar meyakini, masih banyak orang baik di Jawa Tengah dan di Indonesia. Dari cerita orang-orang yang dipanggilnya itu, ia mendengar bahwa mereka juga terinspirasi dari orang lain, ada dari orang tuanya, pemuka agama, dan lainnya.

"Ada banyak orang yang melakukan seperti ini, saya meyakini itu. Maka saya berharap berikanlah cerita-cerita kebaikan dan kejujuran pada dunia. Kepada orang-orang baik di luar sana, saya memberikan hormat setinggi-tingginya pada mereka, dan mari kita meniru," tutupnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya